Selasa, 30 Desember 2014

OTOBIOGRAFI (autobiografi)

Ini sebenrnya tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Tapi gpp, aku posting aja deh disini. biar sekalian buat bahan rujukan barangkali ada yang mau buat otobiografi :)



1.SIAPA ANDA?
Nama saya Yakut Rizki Karimah. Saudara saya memanggil saya Kiki, sedangkan teman-teman saya, memanggil saya Yakut. Jujur saja, saya lebih suka dipanggil Yakut ketimbang Kiki. Karena banyak orang Indonesia yang mempunyai nama Kiki, entah itu nama aslinya atau sekedar nama panggilan dari kata Rizki.
Kedua orang tua saya, memberikan nama Yakut Rizki Karimah bukan tanpa sebab. Mereka berdua percaya, bahwa nama adalah do'a, sehingga mereka tidak asal memberikan nama pada semua anaknya. Walaupun William Shakespeare mengatakan 'apalah arti sebuah nama', tetapi Nabi Muhammad telah mencontohkan kita agar memberikan nama-nama yang baik. Meskipun kadang ada orang tua yang hanya memberikan nama yang terlihat dan terdengar bagus untuk anaknya tetapi tidak mempunyai makna apa-apa. Alhamdulillah kedua orang tua saya, tidak berlaku demikian.
Menurut ayah saya, Yakut adalah nama sebuah batu permata. Jika kalian beruntung, kalian dapat menemukannya pada kamus Bahasa Indonesia-English dengan terjemahan 'precious stone'.
Rizki artinya rezeki.
Karimah adalah akhlak yang mulia.
Ada juga keluarga yang menanggil saya dengan "Cicicuit". Dipanggil demikian karena katanya saya seperti tokoh kartun di suatu majalah anak-anak. Nama tokoh tersebut adalah cicicuit si burung kecil yang baik hati tapi kadang cengeng. Sampai saat ini pun, saudara saya masih ada yang memanggil saya dengan sebutan "Cici" atau "Cicicuit".

Jika ada yang bertanya siapa saya?
Jawaban saya hanyalah 'Saya hanyalah salah satu makhluk Allah SWT yang diberikan kesempatan untuk hidup di dunia yang fana ini'. Saya adalah saya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang saya miliki. Apa makna hidup di dunia? Tak mudah menjawab hal itu, karena semua harus di jalani dengan sebaik-baiknya.
Menurut teman-teman, saya termasuk orang yang pendiam. Saya memang agak susah bergaul di lingkungan yang baru. Perlu ada proses adaptasi agar saya dapat membaur dalam lingkungan tersebut.
Saya mempunyai hobi melukis dan menulis. Hobi melukis berawal dari melihat pakde saya yang mahir melukis. Lukisan beliau termasuk lukisan realis, apa yang beliau gambarkan sangat mirip dengan aslinya. Beliau juga sering melukis wajah artis atau orang terkenal lainnya. Saya juga sering meniru gambar-gambar tersebut tetapi memang hasilnya jauh berbeda dengan lukisan yang di hasilkan oleh pakde saya tersebut.
Pada saat SMA saya baru menyadari bahwa saya sangat menyukai menggambar dan melukis. Karena pada saat SMA lah mata pelajaran seninya lebih condong pada seni lukis, berbeda dengan saat saya SMP yang lebih condong kepada seni musik. Nilai seni budaya saya selalu diatas angka 9 pada raport.
Ada sesuatu hal yang saya miliki yang belum tentu orang lain miliki. Saya dapat melihat makhluk Tuhan selain manusia di sekeliling saya. Awalnya saya merasa takut. Hal itu terjadi saat saya berusia kira-kira 4 tahun. Dahulu toilet rumah saya berada di belakang, dan jalan menuju toilet agak sempit dan pencahayaannya remang-remang. Ada sesosok makhluk yang berwarna putih besar melayang di ujung jalan menuju toilet tersebut. Otomatis saya langsung berteriak dan berlari menuju ayah saya. Saya menceritakan apa yang saya lihat kepada ayah, kemudian ayah langsung menuju toilet. Beliau mengatakan tidak ada apa-apa disana.
Ada banyak hal yang saya lihat setelah kejadian tersebut, tetapi yang paling saya ingat adalah ketika saya duduk di kelas 9 SMP. Saya berangkat lumayan pagi hari itu, sekolah masih agak lenggang. Saya langsung masuk ke dalam kelas. Karena masih sepi, saya berniat untuk menyapu ruang kelas walaupun hari itu bukan jadwal piket saya. Saat saya menyapu di dekat meja guru, saya melihat ada dua pocong yang sedang berdiri di sela-sela meja murid. Pocong yang berada di depan memakai kain kafan yang masih putih, wajah pocong tersebut berwarna hitam legam. Pocong yang berada di belakang memakai kain kafan yang terlihat sudah sangat lusuh, tali pocongnya juga terlepas, wajahnya terlihat sangat pucat. Saya tidak berteriak atau merespon apa-apa. Saya hanya memandang kedua pocong itu dalam diam. Mereka seolah semakin mendekat dan mendekat. Ada teman saya yang masuk ke dalam kelas, setelah saya melirik kedua pocong tersebut sudah tidak ada.
Jika waktu zaman-zaman SD, saya ditanya cita-cita. Saya pasti mantap jawab 'arsitek bu guru'. Padahal saat itu saya tidak tau arsitek kerjanya apa dan bagaimana yang saya tau itu adalah orang yang membuat bangunan sebagus dan sebaik mungkin. Tapi semenjak itu saya sering baca-baca koran yang ada sangkut pautnya dengan artsitek, tapi bukan yang seperti kaya iklan rumah. Sampai setiap kali ada rubik yang menjelaskan tentang artitektur saya kumpulkan, gunting dan dijadikan kliping.
Tetangga saya ada yang berlanggangan tabloid tentang bangunan dan design grafis, saya selalu meminjamnya. Awalnya mba Eka (nama tetangga saya) menawarkan buku-buku yang dimilikinya. Koleksi bukunya banyak sekali, dari mulai buku pengetahuan, novel, sampai tabloid.
Dari semua koleksi bukunya, saya langsung memilih untuk meminjam tabloid Griya.
Dari situ saya semakin bercita-cita menjadi arsitek. Setiap ada waktu luang saya mencoba untuk design rumah, sekaligus gambar interiornya seperti yang ada dalam bacaan tersebut. Apalagi saat mendapat hasil Tes IQ yang dilaksanakan saat SMA, nilai untuk bangun ruang saya lumayan tinggi. Hal tersebut menambah keinginan saya menjadi arsitek. Tapi mungkin cita-cita masa kecil itu hanya untuk dikenang saja.







2.SIAPA ASAL-USUL ANDA?
Saya berasal dari pasangan suami-istri. Muhammad Yusron dan Kusrini. Saya adalah putri pertama mereka. Saya berasal dari keluarga yang sederhana, yang mengajarkan kemandirian dan kerja keras dalam mencapai sesuatu hal. Ayah saya seorang pedagang jajan ringan yaitu mie lidi. Usaha tersebut baru 3 tahun dirintis, sebelumnya ayah saya berjualan nasi goring, sedangkan Ibu saya hanya ibu rumah tangga. Saya anak pertama dari empat bersaudara. Dan kami semua berjenis kelamin perempuan.
Nama adik saya yaitu Siti Yasif Khakmalia, Saphira Puja Rahayu, dan Intan Berliana Amanillah. Ayah memberi nama pada anaknya dengan nama-nama batu pertama, selain karena indah, ayah termasuk orang yang suka dengan batu permata.
Saya sangat menyayangi ketiga adik saya. Yasif yang bertubuh lebih dari saya juga sering menemani saya kemana saja, jika saya berpergian bersama dia saya seolah merasa aman. Karena dia termasuk cewe tomboy yang hobinya adalah karate. Kami sangat dekat walaupun berjarak 7 tahun. Fira merupakan adik saya yang kedua, dia yang mempunyai tubuh gendut seperti ibu saya. Intan adik saya yang terakhir yang kata ibu sangat mirip dengan saya. Walaupun usianya masih kecil dia sangat suka sekali jika di foto.
Ayah saya adalah orang yang tegas sekaligus penyayang. Ayah saya tamatan SMP, sedangkan Ibu saya tamatan SMA. Tetapi walaupun Ayah hanya tamatan SMP tetapi jika berbicara dan berdebat dengan beliau harus dengan penjabaran dan argumen-argumen yang logis.






3. DIMANA ANDA DILAHIRKAN?

Saya dilahirkan pada hari Selasa Pon, tanggal 21 November 1995, di bidan Sulastri yang berada di Jalan Kemandungan. Saya dilahirkan dengan berat 3kg dan panjang 50cm. Pada pukul 03.30 sebelum adzan subuh. Saat ibu saya melahirkan saya kedunia, beliau didampingi oleh nenek dan dukun bayi yang bernama ibu Rusmini. Ayah saya yang berada di Jakarta, tidak dapat mendapampingi Ibu saya. Proses melahirkan tersebut, tidak menemui kendala yang berarti.
Hanya saja, ketika dilahirkan saya tidak langsung menangis seperti kebanyakan bayi pada umumnya karena mulut saya kemasukan air ketuban. Maka dari itu ibu bidan dan seorang perawatnya melakukan tindakan agar saya menangis. Beliau membalikan saya yang masih bayi dan menepuk bokong saya sampai berwarna merah. Beberapa saat kemudian saya menangis dengan kencang. Ibu, nenek dan semua yang menyaksikan hal tersebut mengucap syukur, karena saya sudah menangis.
Ayah saya pulang kerumah seminggu setelah saya dilahirkan, ayah sangat senang sekali karena anak pertamanya perempuan, sama seperti yang diinginkannya. Mungkin jika ayah tidak pulang hari itu, nama saya bukan Yakut Rizki Karimah karena Pakde saya yang bernama Ah. Zaeni berniat memberikan nama 'Diana' kepada saya saat itu. Menurutnya agar saya seperti rekan kerjanya yang bernama Diana, dia adalah wanita yang cerdas dan rajin. Tetapi ibu dan nenek saya menolaknya dengan alasan yaitu ayah sudah menyiapkan nama untuk saya.






4. APAKAH ANDA BAHAGIA PADA MASA ANAK-ANAK, REMAJA DAN DEWASA?

¤MASA ANAK-ANAK
Pada umur 2 tahun, ayah dan ibu saya pergi ke Jakarta untuk mencari nafkah. Saat itu ayah saya berprofesi sebagai pedagang makanan. Makanan yang di jual beliau beraneka macam, nasi goreng, mie goreng, mie rebus, pecel lele dan pecel ayam.
Pada saat saya berumur 3 tahun, saya mempunyai banyak teman. Walaupun umur mereka rata-rata lebih tua dari saya, kami berteman dengan sangat akrab. Sehingga saat saya berumur 3 tahun saya sudah berlatih untuk puasa, awalnya karena ikut-ikut teman. Tetapi akhirnya saya sudah dapat melaksanakan ibadah puasa dengan full sampai sore, ayah dan ibu bangga akan hal itu. Saya dan teman-teman selalu berangkat menuju mushola bersama-sama, mengaji bersama dan juga setiap malam selesai solat isya berjama'ah, kami semua berkumpul di rumah ustadzah untuk berlajar bersama. Banyak yang diajarkan di sana, mulai dari menulis, membaca, dan mewarnai.
Pernah di suatu saat, musolah tempat saya biasa solat berjama'ah mengadakan berbagai macam lomba. Salah satu lomba yang saya ikuti yaitu lomba busana muslim. Ibu saya mengajarkan saya bagaimana cara berjalan di atas panggung, bergaya seperti pragawati. Saat lomba selesai dilaksanakan, alhamdulillah saya mendapat juara 2.
Kadang-kadang pada hari minggu, saya dan ibu berjalan-jalan menuju taman Legenda yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kontrakan.
Di tengah taman tersebut terdapat rangkar burung raksasa. Warga sekitar menyebutnya dengan gereja legenda. Bangunan tersebut bukan gereja sebagaimana tempat peribadatan umat nasrasi, tetapi hanya sebutan untuk sangkar burung gereja. Tinggi bangunan tersebut 4 meter. Kami sekeluarga biasa berjalan-jalan di tempat tersebut karena banyak orang yang berjualan di sekitarnya. Saya selalu membeli ice cream sepulang dari sana.
Pada saat saya berusia 4 tahun, saya sudah dapat membaca dan menulis. Hal itu tidak terlepas dari cara belajar yang diterapkan oleh ayah saya. Awal saya mengerti angka yaitu dengan mengingat angka di jam dinding, awalnya saya selalu menolak ketika diajak belajar tetapi ayah saya bersikeras untuk membimbing saya belajar. Kadang saya hampir menangis ketika diajak belajar bersama karena saya iri melihat teman-teman saya yang sedang bermain. Tetapi semuanya tidak sia-sia, berkat ketelatenan ayah, saya sudah dapat membaca dan menulis di umur empat tahun.
Ayah saya juga membuka usaha sampingan yaitu dengan menjual kacang panggang. Saya senang sekali jika disuruh untuk membantu membersihkan kacang dari tanah dan lumpur yang menempel di kulit kacang tersebut. Membersikan kacang sekaligus bermain air sampai tubuh saya basah kuyup. Saya juga diminta untuk mengantar kacang-kacang panggang tersebut di warung-warung sekitar rumah dengan pembayaran bersistem konsyinyasi. Dilain waktu saya juga sering diminta untuk membeli belanjaan berupa sayur-mayur dan lauk-pauk di warung yang letaknya lumayan dekat. Biasanya ibu sudah menyiapkan daftar belanjaan yang harus saya beli. Hal itu saya lakukan ketika ibu saya mengalami keguguran. Saat itu ibu baru hamil dua bulan, mungkin karena terlalu lelah, bayi yang di kandung ibu mengalami keguguran. Saat ingat waktu itu banyak darah di kamar mandi, ibu berteriak kesakitan dan ayah langsung membawa ibu ke rumah sakit. Saya ikut menangis saat ibu merintih kesakitan, darah yang keluar banyak sekali. Alhamdulillah, kondisi ibu membaik setelah menjalani proses kiret dan sebagainya. Ibu bermimpi anak yang di kandungnya itu berjenis kelamin laki-laki, tapi kami semua harus mengikhlaskan kepergiannya.

Waktu kecil saya senang di bacakan dongeng sebelum tidur. Ayah saya yang selalu menceritakan dongeng. Entah itu dongen rakyat yang di modifikasi ataupun dongen yang di karang oleh ayah saya sendiri. Saya selalu meminta ayah untuk membacakan dongen tersebut sebelum tidur. Dongeng yang saya ingat sampai saat ini yaitu dongeng "Raja dan 3 orang anaknya" dan "Putri Garam". Bahkan sampai sekarang ayah masih membacakan dongen sebelum tidur kepada adik-adik saya, walau intensitasnya tidak sesering pada saat saya kecil dahulu.

Saya bersekolah di TK pertiwi, saat itu saya tinggal bersama pakde Wahyono dan bude Cartimah. Saya diasuh mereka cukup lama, dari TK sampai kelas 1 SMP. Setiap hari saya diantar oleh bude. Saya tidak ditunggu oleh orang tua seperti kebanyak teman-teman saya. Mungkin karena saat itu saya sudah berusia 4,5 tahun. Saat itu mereka baru mempunyai anak perempuan yang bernama Mareta Nurul Basyariati yang biasa saya panggil Nurul. Saya dan Nurul sudah seperti kakak adik, setiap pakde dan bude membelikan mainan atau benda pasti mereka membelikan dua, satu untuk Nurul dan satu lagi untuk saya. Misalnya waktu pakde saya pergi keluar kota karena tugas dari kantornya, beliau membelikan saya baju dan boneka sama seperti yang beliau belikan untuk anaknya.
Ibu saya menikah terlebih dahulu dari kakak lelakinya yang saya panggil pakde. Sehingga ibu lebih dahulu mempunyai anak. Dari cerita ibu saya, Saya sudah menganggap Pakde dan bude sebagai orang tua kedua saya. Mereka yang mengurus saya dari kecil, sehingga saya tidak kekurangan kasih sayang. Saya merasa beruntung mempunyai pakde dan bude seperti mereka yang tidak pernah membedakan saya dengan anaknya sendiri. Sehingga saya berkeinginan agar suatu saat nanti saya harus membahagiakan kedua pasang orang tua saya tersebut.








5. DIMANA ANDA BERSEKOLAH?

# MASA TK
Saya bersekolah di TK Pertiwi yang berada di Jalan Abdul Syukur, Margadana, Tegal.
Di sekolah saya mempunyai sahabat yang bernama Norma Anggiliana. Dia adalah sahabat yang baik, saat saya berkeringat dia mengusap keringat saya dengan sapu tangan yang selalu di bawanya. Kita belajar dan bermain bersama.
Permainan yang saya suka saat TK adalah permainan balok kayu dan ayunan. Dengan bermain balok kayu saya dapat menyusun dan menumpuk kayu-kayu tersebut menjadi rumah, istana dan lain sebagainya.
Mainan yang saya suka lainnya adalah ayunan. Saya sangat suka jika di ayun dengan kencang, hal tersebut rasanya menguji adrenalin saya. Walaupun kecepatannya tidak terlalu seberapa.
Saat acara perpisahan TK, saya dan teman-teman menampilkan tarian bunga dan kupu-kupu. Kami berlatih dengan keras agar dapat menampilkan tarian yang kompak dan lincah. Alhamdulillah saat pementasan berlangsung, kelompok kami dapat menampilkan tarian tersebut dengan apik. Saya sangat senang dapat menari bersama teman-teman.

#MASA SEKOLAH DASAR
Saya bersekolah di SD Margadana 6 Kota Tegal yang berlokasi, di jalan Abdul Syukur. Lokasinya tidak jauh dari TK saya berada. Saya berjalan kaki menuju ke sekolah karena jaraknya tidak jauh dari rumah.
Saya selalu berambut panjang saat sekolah, dan rambut saya tak pernah di gerai begitu saja. Selalu ada pita, bando, atau dikuncir.
Saya selalu juara kelas saat SD, saya selalu ranking 1 saat kelas 3-6. Saingan terberat saya adalah Husni Fatah Hidayat dan Khodiroh. Kami bertiga selalu berlomba untuk menjadi yang pertama. Kami juga sering diminta untuk mewakili sekolah untuk mengikuti lomba. Salah satunya adalah lomba dokter kecil.
Lomba diawali dengan mengisi soal pilihan ganda, setelah selesai langsung di umumkan yang lolos ke tahap selanjutnya. Alhamdulillah kami lolos. Tahap selanjutnya adalah lomba cerdas cermat yang berhubungan dengan kesehatan. Kami berada di kelompok B.
Lomba berjalan dengan seru, karena masing-masing kelompok mendapat nilai yang saling mengungguli satu sama lain.
Pada akhirnya, kami dinyatakan sebagai juara pertama. Kami sangat senang dan bangga, karena mendapat juara pertama di lomba dokter kecil sekaligus sekolah kami menjadi juara pertama dalam lomba sekolah sehat.
Kami bertiga memperoleh kemenangan tersebut bukan dengan cuma-cuma. Banyak yang harus kami lakukan bersama. Setelah mendapat juara, kami bertiga dinyatakan sebagai dokter kecil di sekolah. Rasanya senang menyandang gelar dr di depan nama kami. Walaupun hanya dokter sekolah hehehe..
Nama kami juga di pasang di papan UKS sekolah. Dan nama kami semua mendapat gelar dokter. Selain mengikuti lomba tersebut, saya juga banyak mewakili lomba lainnya yaitu lomba baca puisi, lomba story telling, lomba mengarang, siswa teladan dan lain sebagainya. Piagam penggargaannya masih saya simpan rapi sampai sekarang.

#MASA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Saya bersekolah di SMP Negeri 7 Kota Tegal yang terletak di jalan Kapten Sudibyo. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Tegal pada saat itu. Sebenarnya saya tidak berniat mendaftar disana. Tetapi karena sekolah yang saya inginkan sebelumnya sudah menutup pendaftaran karena menggunakan system nilai raport. Saya mendaftar diantar oleh pakde. Dan pakde pula yang mengurus syarat pendaftaran saya.
Saya mengikuti kegiatan Pramuka, menari dan Theater sebagai salah satu kegiatan ekstrakulikuler. Saya sangat senang bersekolah di sana.
#MASA SEKOLAH MENENGAH AKHIR
SMA Negeri 5 Kota Tegal adalah tempat dimana saya bersekolah. Sekolah tersebut terletak di jalan Kemiri II, yang berada didekat terminal kota Tegal. Sekolah tersebut terkenal dengan bau bebeknya karena letaknya bersebelahan dengan peternakan bebek. Awalnya saya menolak jika hatus bersekolah di sana. Tetapi orang tua saya yang menyuruh saya untuk bersekolah disana dengan alasannya jaraknya yang dekat dengan rumah, akhirnya saya menyetujui usualan tersebut.
Saya berangkat sekolah menggunakan sepeda bersama teman-teman saya. Jika berangkat sekolah hawanya masih sangat sejuk, saya sangat menyukai angin yang menerpa wajah saya saat saya mengayuh sepeda dipagi hari. Pernah suatu saat saya berangkat sekolah sendiri menggunakan sepeda, di tengah jalan saya berpapasan dengan gerombolan karbau. Di kanan kiri jalan tersebut adalah tambak. Akhirnya dengan perasaan was-was dan khawatir saya menepikan sepeda saya dan membiarkan kerbau-kerbau tersbut berjalan melewati saya.
Masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Saya menemukan banyak sahabat di masa-masa SMA. Pada saat SMA saya menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Pada saat kenaikan kelas 2, akan diadakan penjurusan kelas. Sebelumnya di adakan tes IQ untuk menentukannya. Pada hasil tes tersebut tertera jurusan IPA dan IPS, yang artinya saya dapat memilih sendiri jurusannya. Berbeda dengan teman-teman saya yang lain mereka hanya mendapat satu hasil yaitu IPA atau IPS.
UN adalah penentu akhir perjuangan kami di sekolah. Hal tersebut menjadi momok tersebar bagi kami. UN di adakan selama 4 hari. Pelajaran yang saya ikuti yaitu Biologi, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Kimia karena saya mengikuti kelas jurusan IPA.
Setelah berjuang dan berdoa akhirnya sekolah saya dinyatakan Lulus 100%.

6. BAGAIMANA KEHIDUPAN ANDA MENUJU DEWASA?
Saya menjalani kehidupan menuju dewasa dengan belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Saya harus lebih mengatur emosi dan belajar untuk berpikir kritis dan tajam. Semuanya berjalan seperti biasa tidak ada yang berubah, hanya saja ada suatu beban dan tanggungan ketika tumbuh menjadi dewasa.
Pembelajaran menuju dewasa tidak saya dapatkan disekolah formal tetapi pembelajaran tersebut saya dapatkan di lingkungan sekitar, entah dari dalam lingkup keluarga, teman, sahabat bahkan tempat bekerja.
Saya juga sudah mulai bekerja yang berarti saya mempunyai tugas tambahan yang harus saya laksanakan dengan baik. Mengatur keuangan adalah hal baru yang saya pelajari setelah saya beranjak dewasa. Mengatur agar dapat menabung menyisihkan uang untuk masa yang akan datang.












7. CINTA?
Tidak ada definisi pasti tentang cinta. Apa arti cinta tergantung siapa yang menjabarkan dan tergantung dengan sudut pandang mana dia melihat. Saya pernah membaca di halaman suatu koran. Seperti ini tulisannya "cinta adalah realitas abadi yang kadang cenderung memudar dan menghilang".
Kita semua dilahirkan, dibesarkan, dirawat, dan tumbuh bersama cinta. Cinta kedua orang tua kita. Saya beruntung mempunyai kedua orang tua yang sangat mencintai saya, terutama ibu saya. Beliau sering berkorban demi saya dari saya kecil sampai saat ini. Cintanya tulus, tidak dapat diganti dengan siapapun, dengan apapun. Cintanya murni tanpa tipu daya, tanpa pura-pura. Begitu pula saya. Saya sangat mencintai kedua orang tua dan keluarga.













8. SIAPA SAHABAT SEJATI ANDA?

Saya tidak tau bagaimana definisi sahabat sejati. Di film atau di sinetron, sahabat sejati di gambarkan dengan mereka yang mengetahui diri kita luar dalam, semua kepribadian buruk dan semua rahasia kita diketahui olehnya.
Tetapi saya mempunyai sahabat pada fase-fase yang berbeda, sahabat TK, sahabat SD, sahabat SMP, dan juga sahabat SMA. Mereka semua bukan orang yang sama, yang seperti di ceritakan dalam cerita ataupun film-film.
Sahabat saya saat SD adalah Khodiroh, Nurul Baity, dan Defi Puji Saputri. Kami selalu bermain dan belajar bersama. Kami saling terbuka satu sama lain. Mendukung dan membantu jika ada kesulitan. Bercerita tentang semua hal bersama-sama. Tak jarang kita saling bertengkar, namun hal itu tidak berlangsung lama. Kami selalu punya cara untuk mengatasi semua persoalan.
Sahabat SMP saya adalah Devi Nur Suci, dan Nurkhayati. Awalnya saya tidak suka dengan Devi, karena dulu saya menganggapnya terlalu sombong dan susah diajak berteman. Tapi itu hanya kesan pertama, setelah mengenalnya cukup lama dia malah menjadi sahabat saya yang cukup dekat. Kami bertiga juga saling terbuka, terlebih saya dan Devi berada di kelas yang sama.
Sahabat saya saat SMA bisa dibilang cukup banyak. Karena saat SMA saya mulai untuk belajar bergaul dengan siapa saja, tidak seperti saya yang dulu. Tetapi dari semua sahabat-sahabat saya tersebut, saya lebih dekat dengan Rina Aghna Dwi Mulyana. Dia gadis yang supel, dan suka bercanda jadi tidak sulit untuk memulai berbicara dan bersahabat dengannya. Tapi dia tidak menggangap saya sebagai adiknya melainkan sebagai adiknya. Mungkin karena saya yang mempunyai tubuh yang lebih kecil darinya. Saya sering bercerita tentang apa saja dengannya, meminta pendapat darinya karena dia termasuk orang yang mempunyai pola pikir dewasa.
Hal yang paling saya ingat bersama adalah ketika dia mengoleskan lotion tubuh ketangan saya, mungkin seperti anak kecil tapi saya senang diperlakukan demikian hehehe..
Pada saat kelas 2 SMA kami mengikuti study tour ke Bali. Pada saat saya sakit saat perjalanan dia yang mengurus saya. Saya merasa mempunyai kakak perempuan yang sangat perhatian yang tidak pernah saya miliki sebelumnya.
Walaupun sekarang kita jarang bertemu tetapi kita masih menyambung tali silaturahmi entah hanya lewat telepon atau sekedar via media social.














9. APA PEKERJAAN ANDA?
Saya bekerja di Apotek Sumurpanggang lebih tepatnya di Praktek dr. Ruszaeni. Ini merupakan pekerjaan pertama saya setelah lulus dari SMA. Awalnya saya ragu untuk melamar pekerjaan di sana. Karena saya pikir yang bekerja di Apotek adalah mereka yang belajar tentang pharmasi tetapi ternyata yang dibutuhkan di sana adalah seorang untuk mencatat pendaftaran pasien. Setelah menjalani proses interview saya di nyatakan diterima bekerja di sana. Awalnya bos saya menyuruh saya untuk melanjutkan sekolah saja karena sebelumnya melihat hasil UN saya yang lumayan baik. Saya hanya mengamini hal tersebut.
Karena salah satu rekan saya re-sign, akhirnya salah di minta untuk menggantikan pekerjaannya yaitu meracik obat. Awalnya saya kesulitan, bukan karena tidak dapat membaca resep tapi karena saya belum hafal semua harga obat-obatan yang wajib diketahui untuk menggantikan posisi rekan saya tersebut.
Saya bersyukur dapat bekerja di sini, karena dari tempat ini lah saya mempelajari hal baru, yang sebelumnya saya tidak tahu. Misalnya membaca resep dokter, dan fungsi-fungsi obat. Karena pada dasarnya saya hanya lulusan SMA jurusan IPA.









10. BAGAIMANA PERASAAN ANDA SETELAH DEWASA?

Dahulu saya berfikir jika saya menjadi dewasa ada banyak hal yang dapat saya lakukan setelah menjadi dewasa. Melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan saat masa anak-anak. Seperti mengendarai kendaraan sendiri, mencari uang lalu belanja ini itu dengan uang sendiri, menjalin hubungan dengan lawan jenis, mengatur uang sendiri, dan mengurus hal-hal yang hanya dapat dilakukan orang dewasa. Saat itu saya sangat ingin cepat-cepat menjadi dewasa.
Memang dewasa itu adalah sebuah pilihan dalam kehidupan bukan seperti menjadi tua yang menjadi hal mutlak untuk semua orang.
Sebuah kedewasaan tidak dapat diukur hanya dengan berapa usianya, tetapi seberapa matang seseorang dalam menentukan sikap dan menunjukan eksistensinya di dalam ruang lingkupnya masing-masing.
Setelah saya menjadi dewasa, ternyata rasanya tidak seheboh seperti yang saya bayangkan dahulu. Memang ada beberapa hal yang saya rindukan ketika saya masih kanak-kanak dahulu. Bermain sepuasnya, meninta sesuatu pada orang tua tanpa memikirkan apapun, yang terpenting apa yang saya inginkan dapat terwujud, tidur dan makan teratur. Walaupun itu hal yang sepele tapi hal itu jarang saya dapatkan sekarang ini, kegiatan yang padat kadang membuat saya lupa untuk sekedar makan teratur dan tidur cukup. Kesulitan terbesar saya mungkin hanya sebatas soal matematika, hanya itu tidak yang lain.
Tetapi saya bersyukur menjalani fase dewasa ini, dimana mungkin saya beruntung dapat merasakan hidup sampai saat ini.

Jumat, 05 Desember 2014

Kakak dan Denting Piano

Hari masih pagi ditandai dengan belum banyaknya sinar mentari yang menerobos masuk dari kisi-kisi jendela.
Aku melirik jam beker yang terletak di samping kamar tidur yang tidak begitu besar.
Jarum jam masih menujuk pukul 05.36

Denting piano terdengar hingga ke kamarku.

“kakaaak ! berhenti main piano ! berisik tau !” teriakku di depan kamar.

Aku berjalan menghampiri seorang gadis yang duduk di depan piano dengan kursi rodanya.
Ya, dia adalah seseorang yang saat ini aku benci karena dia yang selama ini aku anggap sebagai penyebab kematian mama.


*****


“mama, ayo kita berangkat” ujar ka Naira sambil mengandeng tangan mama.
“kenapa ga sama Clarin aja sayang?” ujar mama sambil memandangku.
“ga ach, aku males nganter kaka menjeng ke salon. lama banget tau ma” ujarku sambil menjulurkan lidah pada ka Naira. :P
“tuch kan ma, Clarinta gtu” ka Naira pasang wajah cemberutnya.
“ya sudah, mama yang antar kamu”
“ma, jangan ma. mama jangan pergi” ujarku begitu saja tanpa aku sadari. Aku cuma ngerasa mama ga boleh pergi bareng ka Naira, tapi ucapan itu tanpa alasan bagiku.
“kenapa sih Cla? aku kan cuma minta antar mama ke salon, soalnya besok aku mau lomba piano”
“tapi ka . . .”
“tapi kenapa?”
“terserah kaka aja dech” aku berlari menuju kamarku. Entah kenapa aku pengen mama dan ka Naira jangan pergi. Tapi percuma aku ga punya alasan untuk mencegah mereka.

1 jam kemudian...

Musik waltz 4 mini mengalun di
Hp ku, bertanda ada panggilan masuk.
Aku memencet tombol dan akupun tersambung dengan orang di sebrang sana.
‘selamat siang’
‘ya, selamat siang’
‘anda dari keluarga ibu Neny Susanti?’
‘ya, saya anaknya. maaf bapak siapa ya?’
‘saya petugas RS. ******, Ibu anda dan juga seorang gadis yang bersamanya saat ini berada di RS.’
‘yang benar pa? saya segera ke sana. terimakasih’

Aku menutup telephone kemudian menghubungi papa tentang mama dan ka Naira. Papa akan segera ke RS dan menyuruhku ke RS dengan menggunakan taxi.
Di Rumah Sakit..

“pa, gimana mama sama ka Nay kenapa pa?”
“mama sama Naira kecelakaan sayang”
“trus keadaanya sekarang gimana pa?”
“ka Naira masih koma”
“trus mama?”
“mama kamu sudang di panggil Allah sayang” papa langsung memelukku erat.

Kakiku terasa kaku seketika, aku merasa duniaku menjadi sempit, kosong dan hampa.
Mama telah menghadap Yang Maha Kuasa, entah bagaimana aku harus menjalani hidup setelah ini.
Setelah mama tak ada.
Aku hanya terpaku, dan sesekali terisak dalam luka yang amat mendalam dalam dekapan papa.


*****


“koq bengong sayang?” ujar ka Naira sambil memegang pipiku.
“udah jangan pegang pipiku ! papa mana ?” aku menaikan nada suaraku sehingga terdengar membentak.
“tadi pagi papa berangkat keluar negri, emangnya kamu perlu apa?” sahut ka Naira lembut.
“ga perlu tau ! udah ya jangan main piano pagi-pagi, berisik tau !”
“loh emang kenapa? biasanya kamu sama mama yang suk request lagu”
“semua gara-gara kaka tau !” aku berlari menuju kamarku.


*****


“Clarinta, bantu kaka latian jalan yuk” ujar ka Naira sambil membuka pintu kamarku. Ka Naira mendekatkan kursi rodanya ke tempat tidurku.
“aku ga mau ka ! aku minta kaka keluar dari kamarku sekarang !” dan lagi-lagi aku membentak ka Naira.

Ka Naira mendorong kursi rodanya menjauhi tempat tidurku.
Aku sempat melihat ka Naira meneteskan air matanya.

Aku mengambil potret cantik mama di nakas samping tempat tidurku.
Di foto ini mama begitu cantik dengan senyum yang mengembang di sudut bibirnya.
Ma, apa aku begitu kasar sama ka Naira ??
aku sering membentak dan mengusirnya.
sebenernya aku kasian sama ka Naira ma, kakak udah jarang main piano kaya dulu.
setiap mengeliat wajah ka Naira aku pasti inget mama. Senyum ka Naira persis kaya mama. Itu yang buat aku benci ka Naira, ma.
Kenapa orang yang buat mama meninggal harus mewaris senyum mama ?!
Tanpa terasa klistal bening memeleh dari sudut mataku.
Aku benar-bener merindukan mama.


*****

Aku terbangun dari tidur, mataku terasa sembab dan sedikit bengkak.
Mungkin karena tangisanku tadi siang.

oaaah , duh udah sore koq mata masih ngantuk gini ya” aku bangkit dari tempat tidur, mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
“non Clariiin” teriak bi Titi di depan pintu kamar mandi.
“kenapa teriak-teriak sih bi?” ujarku setelah keluar dari kamar mandi.
“non Clarin, non Naira ga ada di rumah non, non tau di mana non Naira sekarang?” tanya bi Titi dengan nada cemas.
“alaah bibi, palingan juga ka Nay di samping kolam renang bi”
“ga ada non. Bibi, bi wati sama mang Doni udah cari-cari di semua ruangan tapi, ga ke temu non”
“pa budi mana? udah tanya ke pa budi” aku menanyakan pa budi satpam rumah pada bi Titi.
“pa Budi juga lagi nyariin non”
“ya udah aku cari ka Nay dulu bi” aku bergegas menuju garasi.

Aku mengeluarkan mobil Honda Jazz milik ka Naira dari garasi.
Sebenarnya aku belum dibolehkan mengendarai mobil, tapi mau gimana lagi aku juga ga punya motor.
Mobil yang aku bawa melaju dengan kecepatan sedang, maklum aku belum begitu bisa mengendarai mobil.
Mobil yang aku bawa melaju menuju TPU, tempat pemakaman mama. Aku cuma mengikuti feelingku.
Aku memarkirkan mobil dan berjalan menuju makam mama.
Ternyata feelingku tepat. Terlihat dari jarak yang ga terlalu jauh, ka Naira duduk di kursi rodanya di samping makam mama. Bersama Pa BUdi, satpam rumahku.

Aku mendekati Pa BUdi, dia menyatakan padaku bahwa dia yang mengantar ka Naira sampai ke makam mama.
Pa Budi sengaja merahasiakannya karena perintah kaka.



Terdengar suara parau ka Naira karena air mata terus mengalir dari kedua matanya.


、、ma, aku bawa piala lomba piano kemarin.
aku persembahkan piala ini buat mama sama Clanrinta.
Karena mama sama Clarinta yang selalu memenin aku latian piano, tapi kayanya Clarinta ga peduli sama piala ini ma.
ma, aku sedih ma. Clarinta benci banget sama aku. Dia masih nyalahin aku, soal kematian mama.
Aku ga marah waktu dia mbentak aku, aku ga marah kalo dia marah-marahin kalau itu semua bisa ngilangin kebencian dia ke aku ma. tapi kayanya semua sia-sia dia tetep benci sama aku ma.
Kenapa harus mama yang meninggal ? bukan aku ?
Mungkin kalau aku yang meninggal, aku ga bakal dibenci Clarinta.
Aku sayang Clarinta ma, dia adeku yang manis dan lucu.
Perubahan sikapnya mungkin gara-gara aku ma.
Aku sayang mama 、、

Ka Naira mengusap air matanya.
Apa aku udah begitu jahat sama ka Naira ??
Aku berlari menuju ka Naira.

“Clarinta sayang kaka” ujarku langsung memeluk ka Naira yang masih duduk di kursi rodanya.
“maafin aku ya ka”
“maafin kaka juga ya”
“ka, kita pulang yuk. tapi kaka harus janji klo udah sampai rumah. Kaka harus mainin piano yang bagus buat aku ya”
“iya adeku sayang”
“ma, kita pulang dulu ya” ujarku sambil menatap nisan mama.


Setelah hari ini tuts-tuts piano akan selalu berdenting..



THE END *

Hujan November (Memoar Sendu)

"Vicky, aku merindukanmu" desisku di antara rinai hujan.
Masih di bulan November di tahun yang berbeda. Hujan dan November mengingatkanku padamu.
~~~~~

Mendung masih menggelayuti sore itu. Disusul rinai hujan. Kau yang menyambutku dengan payung hitam saat tubuhku basah kuyup di tepi jalan saat berteduh. Hujan dan pajung hitam mengawali pertemuan kita. Kau berkata 'kau tau, hujan itu anugrah. Karena turunya di iringi oleh malaikat, dan hujan yang mempertemukanku denganmu'
Pertemuan singkat yang masih terekam jelas dibenakku yang menyisakan sedikit goresan emas bertanda `sahabat`.
~~~~~
"Vicky, apa kau masih merasakan rinai persahabatan kita. Kau berjanji akan datang kembali padaku di bulan November dengan payung hitammu.
Tapi kau salah vicky, aku yang memegang payung hitam di dekat pusaramu tepat di bulan November.
Kau tak kembali padaku, tapi kau kembali pada Ilahi.
Kau memang anugrah Vicky, seperti halnya hujan.

Sahabat Beda Dunia

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah baru.
"ayo masuk" bu andin menyuruhku masuk. Beliau yang akan menjadi wali kelasku di sekolah ini.
"Iya bu" aku mengikuti langkah bu andin.

Selesai Memperkenalkan diri pada semua teman baru, aku di persilakan duduk di samping seorang gadis yang bernama Lia.
Semoga dia bisa jdi teman baikku disini.

Bel istirahat berbunyi..

"Qutz, ke kantin yuk bareng aku, sekalian akt tunjukan tempat-tempat di sekolah ini" ajak Lia.
"Maaf, Lia aku lagi pengen duduk di sini"
"Apa kAmu mau titip minuman atau apa gtu?" tanya dia lagi
"Ooh, boleh minuman dingin ya, ini uangnya" aku memberikan selmbar uang.
"Oke kmu tunggu di sini ya, hati-hati ya" ujarnya setengah berbisik. Lia pun bergegas keluar kelas.

Aku hanya sendiri di kelas ini. Tapi aku memang sangat menyukai tempat-tempat yang sunyi.

"Haii" terdengar sapaan dari belakangku.
Aku menengok ke belakang. Terlihat seorang cowok keren, tapi wajahnya terlihat pucat, bibirnya agak sedikit membiru.
"Haii juga, kamu siapa ?" ujarku sambil tersenyum.
"Kamu anak baru ya?" dia malah balik bertanya.
"Iya, nama kmu siapa?" tanya ku heran.
"Nama aku kenn, kamu bisa bntu aku ga ? aku yakin cuma kamu yg bisa bntu aku" tanyanya sambil memegang dagu.
"Bantu apa Kenn?"

"Haii yaqutt, ini minuman dinginnya" ujar lia sembari berlari ke arahku.
aku melirik ke belakangku, cowok yg bernama Kenn sudah tidak ada. Aku mencarinya, dia mnghilang begitu saja.
Apakah dia sejenis hmmm.. `hantu`..??
"Woii, kenapa bengong sih?" Lia mnyentuh pundakku.
"Lia, kmu kenal sama cowok yg bernama Kenn?"
"Ken siapa Qutz? yang namanya Kenn di sini banyak" membuka tutup botol dan meminumnya.
"Oooh gitu ya" jawabku datar

Aku meminum minuman yg di beli Lia.

Pulang sekolah..

Aku menunggu papah menjemputku, di halaman depan sekolah. Sekolah sudah agak sepi.

"Yaqutz" cowok yang brnama Kenn memanggilku.
"Kmu tau nama aku?"
"Aku tau dari Lia. Yaqutz aku mau minta tolong sama kamu" Kenn menundukan kepalanya.
"Boleh, bantu apa?"
"Ini tolong berikan ke cowok bernama Shadii di kelas 11 ipa 2 ya, makasih" Kenn menyerahkan selembar kertas.
"Tapikan aku ga kenal, Kenn"

Lagi-lagi Kenn Meninggalkanku.

Keesokan harinya..

"Lia kmu kenal sama yang namanya Shadii kelas 11 ipa 2 ga?"
"Irshadi bagas maksudmu? kenapa ? kamu suka ya ?" lia menyenggol tanganku.
"Ya mungkin saja maksudnya, Irshadi bagas itu"
"Nanti istirahat aku temuin dech sama dia"

istirahat..

Aku dan Lia menuju ke kelas 11 ipa 2.
"ini Qutz yang namanya Shadii" Lia memperkenalkanku pada Shadii.

Ya Tuhaaaan, wajahnya mirip sekali dengan Kenn !!!!!!
"Aku tinggl dulu ya, kamu ngobrol dech" Lia meninggalkan kami berdua.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan.
"Ini" aku menyerahkan selembar kertas yang aku dapat dari Kenn.
"Maksudnya apa ini?" Shadii mengerutkan kening.
"Aku dapat dari Kenn, Kenn yang menyuruhku memberikan itu ke padamu"
"Kamu gila apa ! , jgn ngarang deh !" Kata Shadii dengan suara agak keras.
"aku ga ngarang Shadii"
"Kapan kamu dapat kertas ini?" tanya Shadii
"Baru kemarin, Kenn yang memberiku kertas itu"
"Memang apa isi kertas itu?" tanyaku
lagi.
Shadii membukanya dan mmbacakan lagi untukku.

``TEMUKAN AKU DI SAMPING RUMAH POHON KITA, DI BALIK SEMAK``
TTD :: KENNENTH

"Pulang sekolah kita kesana" ujar Shadii tiba-tiba.
"maksuuuuudnya ap ?????????" tanyaku heran.
Tapi toh aku hanya mengiyakan.

Pulang sekolah..
Aku sengaja tidak minta papah utk mnjemputku.
Shadii mengajakku ke sebuah tmpat.
"Itu tmpatnya" Shadii menarik tangan ku.
Shadii langsung menuju ke balik semak dan menemukn gundukn tnah yg tidak terlalu tinggi. Dia dengan cepat mnghubungi sebuah nomor dengan Hpnya.
"Aku menemukannya ayah" itu kata yang sempat aku dngar.

Tak berapa lama kemudian seorang bapak beserta kedua polisi datang menghampiri kami.
"Apa benar Shadii?" tnya bapak itu kepada Shadii.
"Itu yah" shadii hanya menunjuk gundukan tanah itu.
"Shadii, sebenarnya ada apa?"
Shadii langsung memelukku dengan air mata metenes dri matanya.

Akhirnya dia menceritakan semua.

~ kenn adalah saudara kembar Shadii yang hilang 1 bulan yang lalu, keluarganya telah mencari Kenn.
Tetapi tak menemukan kunjung kepastian, dan Kenn memberikan selembar kertas itu padaku. Membuat Shadii dan keluarganya menemukan jawabn dan juga menemukan jenazah Kenn saat ini.
~ Ya Kenn memang sudah meninggal satu bulan yg lalu karena dibunuh oleh saingan kerja ayahnya.


Tiba-tiba Kenn berada di Sampingku..
" Makasih Qutz, aku yakin cuma kamu yang bisa" bisik Kenn yang memakai jas putih dan wajahnya terlihat segar, tidak pucat.
Dia juga tersenyum manis padaku. Lama-kelamaan, Kenn berlalu dari pandangnku.


~ SELAMAT JALAN KENN, sahabat baruku ~