Selasa, 30 Desember 2014

OTOBIOGRAFI (autobiografi)

Ini sebenrnya tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Tapi gpp, aku posting aja deh disini. biar sekalian buat bahan rujukan barangkali ada yang mau buat otobiografi :)



1.SIAPA ANDA?
Nama saya Yakut Rizki Karimah. Saudara saya memanggil saya Kiki, sedangkan teman-teman saya, memanggil saya Yakut. Jujur saja, saya lebih suka dipanggil Yakut ketimbang Kiki. Karena banyak orang Indonesia yang mempunyai nama Kiki, entah itu nama aslinya atau sekedar nama panggilan dari kata Rizki.
Kedua orang tua saya, memberikan nama Yakut Rizki Karimah bukan tanpa sebab. Mereka berdua percaya, bahwa nama adalah do'a, sehingga mereka tidak asal memberikan nama pada semua anaknya. Walaupun William Shakespeare mengatakan 'apalah arti sebuah nama', tetapi Nabi Muhammad telah mencontohkan kita agar memberikan nama-nama yang baik. Meskipun kadang ada orang tua yang hanya memberikan nama yang terlihat dan terdengar bagus untuk anaknya tetapi tidak mempunyai makna apa-apa. Alhamdulillah kedua orang tua saya, tidak berlaku demikian.
Menurut ayah saya, Yakut adalah nama sebuah batu permata. Jika kalian beruntung, kalian dapat menemukannya pada kamus Bahasa Indonesia-English dengan terjemahan 'precious stone'.
Rizki artinya rezeki.
Karimah adalah akhlak yang mulia.
Ada juga keluarga yang menanggil saya dengan "Cicicuit". Dipanggil demikian karena katanya saya seperti tokoh kartun di suatu majalah anak-anak. Nama tokoh tersebut adalah cicicuit si burung kecil yang baik hati tapi kadang cengeng. Sampai saat ini pun, saudara saya masih ada yang memanggil saya dengan sebutan "Cici" atau "Cicicuit".

Jika ada yang bertanya siapa saya?
Jawaban saya hanyalah 'Saya hanyalah salah satu makhluk Allah SWT yang diberikan kesempatan untuk hidup di dunia yang fana ini'. Saya adalah saya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang saya miliki. Apa makna hidup di dunia? Tak mudah menjawab hal itu, karena semua harus di jalani dengan sebaik-baiknya.
Menurut teman-teman, saya termasuk orang yang pendiam. Saya memang agak susah bergaul di lingkungan yang baru. Perlu ada proses adaptasi agar saya dapat membaur dalam lingkungan tersebut.
Saya mempunyai hobi melukis dan menulis. Hobi melukis berawal dari melihat pakde saya yang mahir melukis. Lukisan beliau termasuk lukisan realis, apa yang beliau gambarkan sangat mirip dengan aslinya. Beliau juga sering melukis wajah artis atau orang terkenal lainnya. Saya juga sering meniru gambar-gambar tersebut tetapi memang hasilnya jauh berbeda dengan lukisan yang di hasilkan oleh pakde saya tersebut.
Pada saat SMA saya baru menyadari bahwa saya sangat menyukai menggambar dan melukis. Karena pada saat SMA lah mata pelajaran seninya lebih condong pada seni lukis, berbeda dengan saat saya SMP yang lebih condong kepada seni musik. Nilai seni budaya saya selalu diatas angka 9 pada raport.
Ada sesuatu hal yang saya miliki yang belum tentu orang lain miliki. Saya dapat melihat makhluk Tuhan selain manusia di sekeliling saya. Awalnya saya merasa takut. Hal itu terjadi saat saya berusia kira-kira 4 tahun. Dahulu toilet rumah saya berada di belakang, dan jalan menuju toilet agak sempit dan pencahayaannya remang-remang. Ada sesosok makhluk yang berwarna putih besar melayang di ujung jalan menuju toilet tersebut. Otomatis saya langsung berteriak dan berlari menuju ayah saya. Saya menceritakan apa yang saya lihat kepada ayah, kemudian ayah langsung menuju toilet. Beliau mengatakan tidak ada apa-apa disana.
Ada banyak hal yang saya lihat setelah kejadian tersebut, tetapi yang paling saya ingat adalah ketika saya duduk di kelas 9 SMP. Saya berangkat lumayan pagi hari itu, sekolah masih agak lenggang. Saya langsung masuk ke dalam kelas. Karena masih sepi, saya berniat untuk menyapu ruang kelas walaupun hari itu bukan jadwal piket saya. Saat saya menyapu di dekat meja guru, saya melihat ada dua pocong yang sedang berdiri di sela-sela meja murid. Pocong yang berada di depan memakai kain kafan yang masih putih, wajah pocong tersebut berwarna hitam legam. Pocong yang berada di belakang memakai kain kafan yang terlihat sudah sangat lusuh, tali pocongnya juga terlepas, wajahnya terlihat sangat pucat. Saya tidak berteriak atau merespon apa-apa. Saya hanya memandang kedua pocong itu dalam diam. Mereka seolah semakin mendekat dan mendekat. Ada teman saya yang masuk ke dalam kelas, setelah saya melirik kedua pocong tersebut sudah tidak ada.
Jika waktu zaman-zaman SD, saya ditanya cita-cita. Saya pasti mantap jawab 'arsitek bu guru'. Padahal saat itu saya tidak tau arsitek kerjanya apa dan bagaimana yang saya tau itu adalah orang yang membuat bangunan sebagus dan sebaik mungkin. Tapi semenjak itu saya sering baca-baca koran yang ada sangkut pautnya dengan artsitek, tapi bukan yang seperti kaya iklan rumah. Sampai setiap kali ada rubik yang menjelaskan tentang artitektur saya kumpulkan, gunting dan dijadikan kliping.
Tetangga saya ada yang berlanggangan tabloid tentang bangunan dan design grafis, saya selalu meminjamnya. Awalnya mba Eka (nama tetangga saya) menawarkan buku-buku yang dimilikinya. Koleksi bukunya banyak sekali, dari mulai buku pengetahuan, novel, sampai tabloid.
Dari semua koleksi bukunya, saya langsung memilih untuk meminjam tabloid Griya.
Dari situ saya semakin bercita-cita menjadi arsitek. Setiap ada waktu luang saya mencoba untuk design rumah, sekaligus gambar interiornya seperti yang ada dalam bacaan tersebut. Apalagi saat mendapat hasil Tes IQ yang dilaksanakan saat SMA, nilai untuk bangun ruang saya lumayan tinggi. Hal tersebut menambah keinginan saya menjadi arsitek. Tapi mungkin cita-cita masa kecil itu hanya untuk dikenang saja.







2.SIAPA ASAL-USUL ANDA?
Saya berasal dari pasangan suami-istri. Muhammad Yusron dan Kusrini. Saya adalah putri pertama mereka. Saya berasal dari keluarga yang sederhana, yang mengajarkan kemandirian dan kerja keras dalam mencapai sesuatu hal. Ayah saya seorang pedagang jajan ringan yaitu mie lidi. Usaha tersebut baru 3 tahun dirintis, sebelumnya ayah saya berjualan nasi goring, sedangkan Ibu saya hanya ibu rumah tangga. Saya anak pertama dari empat bersaudara. Dan kami semua berjenis kelamin perempuan.
Nama adik saya yaitu Siti Yasif Khakmalia, Saphira Puja Rahayu, dan Intan Berliana Amanillah. Ayah memberi nama pada anaknya dengan nama-nama batu pertama, selain karena indah, ayah termasuk orang yang suka dengan batu permata.
Saya sangat menyayangi ketiga adik saya. Yasif yang bertubuh lebih dari saya juga sering menemani saya kemana saja, jika saya berpergian bersama dia saya seolah merasa aman. Karena dia termasuk cewe tomboy yang hobinya adalah karate. Kami sangat dekat walaupun berjarak 7 tahun. Fira merupakan adik saya yang kedua, dia yang mempunyai tubuh gendut seperti ibu saya. Intan adik saya yang terakhir yang kata ibu sangat mirip dengan saya. Walaupun usianya masih kecil dia sangat suka sekali jika di foto.
Ayah saya adalah orang yang tegas sekaligus penyayang. Ayah saya tamatan SMP, sedangkan Ibu saya tamatan SMA. Tetapi walaupun Ayah hanya tamatan SMP tetapi jika berbicara dan berdebat dengan beliau harus dengan penjabaran dan argumen-argumen yang logis.






3. DIMANA ANDA DILAHIRKAN?

Saya dilahirkan pada hari Selasa Pon, tanggal 21 November 1995, di bidan Sulastri yang berada di Jalan Kemandungan. Saya dilahirkan dengan berat 3kg dan panjang 50cm. Pada pukul 03.30 sebelum adzan subuh. Saat ibu saya melahirkan saya kedunia, beliau didampingi oleh nenek dan dukun bayi yang bernama ibu Rusmini. Ayah saya yang berada di Jakarta, tidak dapat mendapampingi Ibu saya. Proses melahirkan tersebut, tidak menemui kendala yang berarti.
Hanya saja, ketika dilahirkan saya tidak langsung menangis seperti kebanyakan bayi pada umumnya karena mulut saya kemasukan air ketuban. Maka dari itu ibu bidan dan seorang perawatnya melakukan tindakan agar saya menangis. Beliau membalikan saya yang masih bayi dan menepuk bokong saya sampai berwarna merah. Beberapa saat kemudian saya menangis dengan kencang. Ibu, nenek dan semua yang menyaksikan hal tersebut mengucap syukur, karena saya sudah menangis.
Ayah saya pulang kerumah seminggu setelah saya dilahirkan, ayah sangat senang sekali karena anak pertamanya perempuan, sama seperti yang diinginkannya. Mungkin jika ayah tidak pulang hari itu, nama saya bukan Yakut Rizki Karimah karena Pakde saya yang bernama Ah. Zaeni berniat memberikan nama 'Diana' kepada saya saat itu. Menurutnya agar saya seperti rekan kerjanya yang bernama Diana, dia adalah wanita yang cerdas dan rajin. Tetapi ibu dan nenek saya menolaknya dengan alasan yaitu ayah sudah menyiapkan nama untuk saya.






4. APAKAH ANDA BAHAGIA PADA MASA ANAK-ANAK, REMAJA DAN DEWASA?

¤MASA ANAK-ANAK
Pada umur 2 tahun, ayah dan ibu saya pergi ke Jakarta untuk mencari nafkah. Saat itu ayah saya berprofesi sebagai pedagang makanan. Makanan yang di jual beliau beraneka macam, nasi goreng, mie goreng, mie rebus, pecel lele dan pecel ayam.
Pada saat saya berumur 3 tahun, saya mempunyai banyak teman. Walaupun umur mereka rata-rata lebih tua dari saya, kami berteman dengan sangat akrab. Sehingga saat saya berumur 3 tahun saya sudah berlatih untuk puasa, awalnya karena ikut-ikut teman. Tetapi akhirnya saya sudah dapat melaksanakan ibadah puasa dengan full sampai sore, ayah dan ibu bangga akan hal itu. Saya dan teman-teman selalu berangkat menuju mushola bersama-sama, mengaji bersama dan juga setiap malam selesai solat isya berjama'ah, kami semua berkumpul di rumah ustadzah untuk berlajar bersama. Banyak yang diajarkan di sana, mulai dari menulis, membaca, dan mewarnai.
Pernah di suatu saat, musolah tempat saya biasa solat berjama'ah mengadakan berbagai macam lomba. Salah satu lomba yang saya ikuti yaitu lomba busana muslim. Ibu saya mengajarkan saya bagaimana cara berjalan di atas panggung, bergaya seperti pragawati. Saat lomba selesai dilaksanakan, alhamdulillah saya mendapat juara 2.
Kadang-kadang pada hari minggu, saya dan ibu berjalan-jalan menuju taman Legenda yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kontrakan.
Di tengah taman tersebut terdapat rangkar burung raksasa. Warga sekitar menyebutnya dengan gereja legenda. Bangunan tersebut bukan gereja sebagaimana tempat peribadatan umat nasrasi, tetapi hanya sebutan untuk sangkar burung gereja. Tinggi bangunan tersebut 4 meter. Kami sekeluarga biasa berjalan-jalan di tempat tersebut karena banyak orang yang berjualan di sekitarnya. Saya selalu membeli ice cream sepulang dari sana.
Pada saat saya berusia 4 tahun, saya sudah dapat membaca dan menulis. Hal itu tidak terlepas dari cara belajar yang diterapkan oleh ayah saya. Awal saya mengerti angka yaitu dengan mengingat angka di jam dinding, awalnya saya selalu menolak ketika diajak belajar tetapi ayah saya bersikeras untuk membimbing saya belajar. Kadang saya hampir menangis ketika diajak belajar bersama karena saya iri melihat teman-teman saya yang sedang bermain. Tetapi semuanya tidak sia-sia, berkat ketelatenan ayah, saya sudah dapat membaca dan menulis di umur empat tahun.
Ayah saya juga membuka usaha sampingan yaitu dengan menjual kacang panggang. Saya senang sekali jika disuruh untuk membantu membersihkan kacang dari tanah dan lumpur yang menempel di kulit kacang tersebut. Membersikan kacang sekaligus bermain air sampai tubuh saya basah kuyup. Saya juga diminta untuk mengantar kacang-kacang panggang tersebut di warung-warung sekitar rumah dengan pembayaran bersistem konsyinyasi. Dilain waktu saya juga sering diminta untuk membeli belanjaan berupa sayur-mayur dan lauk-pauk di warung yang letaknya lumayan dekat. Biasanya ibu sudah menyiapkan daftar belanjaan yang harus saya beli. Hal itu saya lakukan ketika ibu saya mengalami keguguran. Saat itu ibu baru hamil dua bulan, mungkin karena terlalu lelah, bayi yang di kandung ibu mengalami keguguran. Saat ingat waktu itu banyak darah di kamar mandi, ibu berteriak kesakitan dan ayah langsung membawa ibu ke rumah sakit. Saya ikut menangis saat ibu merintih kesakitan, darah yang keluar banyak sekali. Alhamdulillah, kondisi ibu membaik setelah menjalani proses kiret dan sebagainya. Ibu bermimpi anak yang di kandungnya itu berjenis kelamin laki-laki, tapi kami semua harus mengikhlaskan kepergiannya.

Waktu kecil saya senang di bacakan dongeng sebelum tidur. Ayah saya yang selalu menceritakan dongeng. Entah itu dongen rakyat yang di modifikasi ataupun dongen yang di karang oleh ayah saya sendiri. Saya selalu meminta ayah untuk membacakan dongen tersebut sebelum tidur. Dongeng yang saya ingat sampai saat ini yaitu dongeng "Raja dan 3 orang anaknya" dan "Putri Garam". Bahkan sampai sekarang ayah masih membacakan dongen sebelum tidur kepada adik-adik saya, walau intensitasnya tidak sesering pada saat saya kecil dahulu.

Saya bersekolah di TK pertiwi, saat itu saya tinggal bersama pakde Wahyono dan bude Cartimah. Saya diasuh mereka cukup lama, dari TK sampai kelas 1 SMP. Setiap hari saya diantar oleh bude. Saya tidak ditunggu oleh orang tua seperti kebanyak teman-teman saya. Mungkin karena saat itu saya sudah berusia 4,5 tahun. Saat itu mereka baru mempunyai anak perempuan yang bernama Mareta Nurul Basyariati yang biasa saya panggil Nurul. Saya dan Nurul sudah seperti kakak adik, setiap pakde dan bude membelikan mainan atau benda pasti mereka membelikan dua, satu untuk Nurul dan satu lagi untuk saya. Misalnya waktu pakde saya pergi keluar kota karena tugas dari kantornya, beliau membelikan saya baju dan boneka sama seperti yang beliau belikan untuk anaknya.
Ibu saya menikah terlebih dahulu dari kakak lelakinya yang saya panggil pakde. Sehingga ibu lebih dahulu mempunyai anak. Dari cerita ibu saya, Saya sudah menganggap Pakde dan bude sebagai orang tua kedua saya. Mereka yang mengurus saya dari kecil, sehingga saya tidak kekurangan kasih sayang. Saya merasa beruntung mempunyai pakde dan bude seperti mereka yang tidak pernah membedakan saya dengan anaknya sendiri. Sehingga saya berkeinginan agar suatu saat nanti saya harus membahagiakan kedua pasang orang tua saya tersebut.








5. DIMANA ANDA BERSEKOLAH?

# MASA TK
Saya bersekolah di TK Pertiwi yang berada di Jalan Abdul Syukur, Margadana, Tegal.
Di sekolah saya mempunyai sahabat yang bernama Norma Anggiliana. Dia adalah sahabat yang baik, saat saya berkeringat dia mengusap keringat saya dengan sapu tangan yang selalu di bawanya. Kita belajar dan bermain bersama.
Permainan yang saya suka saat TK adalah permainan balok kayu dan ayunan. Dengan bermain balok kayu saya dapat menyusun dan menumpuk kayu-kayu tersebut menjadi rumah, istana dan lain sebagainya.
Mainan yang saya suka lainnya adalah ayunan. Saya sangat suka jika di ayun dengan kencang, hal tersebut rasanya menguji adrenalin saya. Walaupun kecepatannya tidak terlalu seberapa.
Saat acara perpisahan TK, saya dan teman-teman menampilkan tarian bunga dan kupu-kupu. Kami berlatih dengan keras agar dapat menampilkan tarian yang kompak dan lincah. Alhamdulillah saat pementasan berlangsung, kelompok kami dapat menampilkan tarian tersebut dengan apik. Saya sangat senang dapat menari bersama teman-teman.

#MASA SEKOLAH DASAR
Saya bersekolah di SD Margadana 6 Kota Tegal yang berlokasi, di jalan Abdul Syukur. Lokasinya tidak jauh dari TK saya berada. Saya berjalan kaki menuju ke sekolah karena jaraknya tidak jauh dari rumah.
Saya selalu berambut panjang saat sekolah, dan rambut saya tak pernah di gerai begitu saja. Selalu ada pita, bando, atau dikuncir.
Saya selalu juara kelas saat SD, saya selalu ranking 1 saat kelas 3-6. Saingan terberat saya adalah Husni Fatah Hidayat dan Khodiroh. Kami bertiga selalu berlomba untuk menjadi yang pertama. Kami juga sering diminta untuk mewakili sekolah untuk mengikuti lomba. Salah satunya adalah lomba dokter kecil.
Lomba diawali dengan mengisi soal pilihan ganda, setelah selesai langsung di umumkan yang lolos ke tahap selanjutnya. Alhamdulillah kami lolos. Tahap selanjutnya adalah lomba cerdas cermat yang berhubungan dengan kesehatan. Kami berada di kelompok B.
Lomba berjalan dengan seru, karena masing-masing kelompok mendapat nilai yang saling mengungguli satu sama lain.
Pada akhirnya, kami dinyatakan sebagai juara pertama. Kami sangat senang dan bangga, karena mendapat juara pertama di lomba dokter kecil sekaligus sekolah kami menjadi juara pertama dalam lomba sekolah sehat.
Kami bertiga memperoleh kemenangan tersebut bukan dengan cuma-cuma. Banyak yang harus kami lakukan bersama. Setelah mendapat juara, kami bertiga dinyatakan sebagai dokter kecil di sekolah. Rasanya senang menyandang gelar dr di depan nama kami. Walaupun hanya dokter sekolah hehehe..
Nama kami juga di pasang di papan UKS sekolah. Dan nama kami semua mendapat gelar dokter. Selain mengikuti lomba tersebut, saya juga banyak mewakili lomba lainnya yaitu lomba baca puisi, lomba story telling, lomba mengarang, siswa teladan dan lain sebagainya. Piagam penggargaannya masih saya simpan rapi sampai sekarang.

#MASA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Saya bersekolah di SMP Negeri 7 Kota Tegal yang terletak di jalan Kapten Sudibyo. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Tegal pada saat itu. Sebenarnya saya tidak berniat mendaftar disana. Tetapi karena sekolah yang saya inginkan sebelumnya sudah menutup pendaftaran karena menggunakan system nilai raport. Saya mendaftar diantar oleh pakde. Dan pakde pula yang mengurus syarat pendaftaran saya.
Saya mengikuti kegiatan Pramuka, menari dan Theater sebagai salah satu kegiatan ekstrakulikuler. Saya sangat senang bersekolah di sana.
#MASA SEKOLAH MENENGAH AKHIR
SMA Negeri 5 Kota Tegal adalah tempat dimana saya bersekolah. Sekolah tersebut terletak di jalan Kemiri II, yang berada didekat terminal kota Tegal. Sekolah tersebut terkenal dengan bau bebeknya karena letaknya bersebelahan dengan peternakan bebek. Awalnya saya menolak jika hatus bersekolah di sana. Tetapi orang tua saya yang menyuruh saya untuk bersekolah disana dengan alasannya jaraknya yang dekat dengan rumah, akhirnya saya menyetujui usualan tersebut.
Saya berangkat sekolah menggunakan sepeda bersama teman-teman saya. Jika berangkat sekolah hawanya masih sangat sejuk, saya sangat menyukai angin yang menerpa wajah saya saat saya mengayuh sepeda dipagi hari. Pernah suatu saat saya berangkat sekolah sendiri menggunakan sepeda, di tengah jalan saya berpapasan dengan gerombolan karbau. Di kanan kiri jalan tersebut adalah tambak. Akhirnya dengan perasaan was-was dan khawatir saya menepikan sepeda saya dan membiarkan kerbau-kerbau tersbut berjalan melewati saya.
Masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Saya menemukan banyak sahabat di masa-masa SMA. Pada saat SMA saya menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Pada saat kenaikan kelas 2, akan diadakan penjurusan kelas. Sebelumnya di adakan tes IQ untuk menentukannya. Pada hasil tes tersebut tertera jurusan IPA dan IPS, yang artinya saya dapat memilih sendiri jurusannya. Berbeda dengan teman-teman saya yang lain mereka hanya mendapat satu hasil yaitu IPA atau IPS.
UN adalah penentu akhir perjuangan kami di sekolah. Hal tersebut menjadi momok tersebar bagi kami. UN di adakan selama 4 hari. Pelajaran yang saya ikuti yaitu Biologi, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Kimia karena saya mengikuti kelas jurusan IPA.
Setelah berjuang dan berdoa akhirnya sekolah saya dinyatakan Lulus 100%.

6. BAGAIMANA KEHIDUPAN ANDA MENUJU DEWASA?
Saya menjalani kehidupan menuju dewasa dengan belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Saya harus lebih mengatur emosi dan belajar untuk berpikir kritis dan tajam. Semuanya berjalan seperti biasa tidak ada yang berubah, hanya saja ada suatu beban dan tanggungan ketika tumbuh menjadi dewasa.
Pembelajaran menuju dewasa tidak saya dapatkan disekolah formal tetapi pembelajaran tersebut saya dapatkan di lingkungan sekitar, entah dari dalam lingkup keluarga, teman, sahabat bahkan tempat bekerja.
Saya juga sudah mulai bekerja yang berarti saya mempunyai tugas tambahan yang harus saya laksanakan dengan baik. Mengatur keuangan adalah hal baru yang saya pelajari setelah saya beranjak dewasa. Mengatur agar dapat menabung menyisihkan uang untuk masa yang akan datang.












7. CINTA?
Tidak ada definisi pasti tentang cinta. Apa arti cinta tergantung siapa yang menjabarkan dan tergantung dengan sudut pandang mana dia melihat. Saya pernah membaca di halaman suatu koran. Seperti ini tulisannya "cinta adalah realitas abadi yang kadang cenderung memudar dan menghilang".
Kita semua dilahirkan, dibesarkan, dirawat, dan tumbuh bersama cinta. Cinta kedua orang tua kita. Saya beruntung mempunyai kedua orang tua yang sangat mencintai saya, terutama ibu saya. Beliau sering berkorban demi saya dari saya kecil sampai saat ini. Cintanya tulus, tidak dapat diganti dengan siapapun, dengan apapun. Cintanya murni tanpa tipu daya, tanpa pura-pura. Begitu pula saya. Saya sangat mencintai kedua orang tua dan keluarga.













8. SIAPA SAHABAT SEJATI ANDA?

Saya tidak tau bagaimana definisi sahabat sejati. Di film atau di sinetron, sahabat sejati di gambarkan dengan mereka yang mengetahui diri kita luar dalam, semua kepribadian buruk dan semua rahasia kita diketahui olehnya.
Tetapi saya mempunyai sahabat pada fase-fase yang berbeda, sahabat TK, sahabat SD, sahabat SMP, dan juga sahabat SMA. Mereka semua bukan orang yang sama, yang seperti di ceritakan dalam cerita ataupun film-film.
Sahabat saya saat SD adalah Khodiroh, Nurul Baity, dan Defi Puji Saputri. Kami selalu bermain dan belajar bersama. Kami saling terbuka satu sama lain. Mendukung dan membantu jika ada kesulitan. Bercerita tentang semua hal bersama-sama. Tak jarang kita saling bertengkar, namun hal itu tidak berlangsung lama. Kami selalu punya cara untuk mengatasi semua persoalan.
Sahabat SMP saya adalah Devi Nur Suci, dan Nurkhayati. Awalnya saya tidak suka dengan Devi, karena dulu saya menganggapnya terlalu sombong dan susah diajak berteman. Tapi itu hanya kesan pertama, setelah mengenalnya cukup lama dia malah menjadi sahabat saya yang cukup dekat. Kami bertiga juga saling terbuka, terlebih saya dan Devi berada di kelas yang sama.
Sahabat saya saat SMA bisa dibilang cukup banyak. Karena saat SMA saya mulai untuk belajar bergaul dengan siapa saja, tidak seperti saya yang dulu. Tetapi dari semua sahabat-sahabat saya tersebut, saya lebih dekat dengan Rina Aghna Dwi Mulyana. Dia gadis yang supel, dan suka bercanda jadi tidak sulit untuk memulai berbicara dan bersahabat dengannya. Tapi dia tidak menggangap saya sebagai adiknya melainkan sebagai adiknya. Mungkin karena saya yang mempunyai tubuh yang lebih kecil darinya. Saya sering bercerita tentang apa saja dengannya, meminta pendapat darinya karena dia termasuk orang yang mempunyai pola pikir dewasa.
Hal yang paling saya ingat bersama adalah ketika dia mengoleskan lotion tubuh ketangan saya, mungkin seperti anak kecil tapi saya senang diperlakukan demikian hehehe..
Pada saat kelas 2 SMA kami mengikuti study tour ke Bali. Pada saat saya sakit saat perjalanan dia yang mengurus saya. Saya merasa mempunyai kakak perempuan yang sangat perhatian yang tidak pernah saya miliki sebelumnya.
Walaupun sekarang kita jarang bertemu tetapi kita masih menyambung tali silaturahmi entah hanya lewat telepon atau sekedar via media social.














9. APA PEKERJAAN ANDA?
Saya bekerja di Apotek Sumurpanggang lebih tepatnya di Praktek dr. Ruszaeni. Ini merupakan pekerjaan pertama saya setelah lulus dari SMA. Awalnya saya ragu untuk melamar pekerjaan di sana. Karena saya pikir yang bekerja di Apotek adalah mereka yang belajar tentang pharmasi tetapi ternyata yang dibutuhkan di sana adalah seorang untuk mencatat pendaftaran pasien. Setelah menjalani proses interview saya di nyatakan diterima bekerja di sana. Awalnya bos saya menyuruh saya untuk melanjutkan sekolah saja karena sebelumnya melihat hasil UN saya yang lumayan baik. Saya hanya mengamini hal tersebut.
Karena salah satu rekan saya re-sign, akhirnya salah di minta untuk menggantikan pekerjaannya yaitu meracik obat. Awalnya saya kesulitan, bukan karena tidak dapat membaca resep tapi karena saya belum hafal semua harga obat-obatan yang wajib diketahui untuk menggantikan posisi rekan saya tersebut.
Saya bersyukur dapat bekerja di sini, karena dari tempat ini lah saya mempelajari hal baru, yang sebelumnya saya tidak tahu. Misalnya membaca resep dokter, dan fungsi-fungsi obat. Karena pada dasarnya saya hanya lulusan SMA jurusan IPA.









10. BAGAIMANA PERASAAN ANDA SETELAH DEWASA?

Dahulu saya berfikir jika saya menjadi dewasa ada banyak hal yang dapat saya lakukan setelah menjadi dewasa. Melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan saat masa anak-anak. Seperti mengendarai kendaraan sendiri, mencari uang lalu belanja ini itu dengan uang sendiri, menjalin hubungan dengan lawan jenis, mengatur uang sendiri, dan mengurus hal-hal yang hanya dapat dilakukan orang dewasa. Saat itu saya sangat ingin cepat-cepat menjadi dewasa.
Memang dewasa itu adalah sebuah pilihan dalam kehidupan bukan seperti menjadi tua yang menjadi hal mutlak untuk semua orang.
Sebuah kedewasaan tidak dapat diukur hanya dengan berapa usianya, tetapi seberapa matang seseorang dalam menentukan sikap dan menunjukan eksistensinya di dalam ruang lingkupnya masing-masing.
Setelah saya menjadi dewasa, ternyata rasanya tidak seheboh seperti yang saya bayangkan dahulu. Memang ada beberapa hal yang saya rindukan ketika saya masih kanak-kanak dahulu. Bermain sepuasnya, meninta sesuatu pada orang tua tanpa memikirkan apapun, yang terpenting apa yang saya inginkan dapat terwujud, tidur dan makan teratur. Walaupun itu hal yang sepele tapi hal itu jarang saya dapatkan sekarang ini, kegiatan yang padat kadang membuat saya lupa untuk sekedar makan teratur dan tidur cukup. Kesulitan terbesar saya mungkin hanya sebatas soal matematika, hanya itu tidak yang lain.
Tetapi saya bersyukur menjalani fase dewasa ini, dimana mungkin saya beruntung dapat merasakan hidup sampai saat ini.

Jumat, 05 Desember 2014

Kakak dan Denting Piano

Hari masih pagi ditandai dengan belum banyaknya sinar mentari yang menerobos masuk dari kisi-kisi jendela.
Aku melirik jam beker yang terletak di samping kamar tidur yang tidak begitu besar.
Jarum jam masih menujuk pukul 05.36

Denting piano terdengar hingga ke kamarku.

“kakaaak ! berhenti main piano ! berisik tau !” teriakku di depan kamar.

Aku berjalan menghampiri seorang gadis yang duduk di depan piano dengan kursi rodanya.
Ya, dia adalah seseorang yang saat ini aku benci karena dia yang selama ini aku anggap sebagai penyebab kematian mama.


*****


“mama, ayo kita berangkat” ujar ka Naira sambil mengandeng tangan mama.
“kenapa ga sama Clarin aja sayang?” ujar mama sambil memandangku.
“ga ach, aku males nganter kaka menjeng ke salon. lama banget tau ma” ujarku sambil menjulurkan lidah pada ka Naira. :P
“tuch kan ma, Clarinta gtu” ka Naira pasang wajah cemberutnya.
“ya sudah, mama yang antar kamu”
“ma, jangan ma. mama jangan pergi” ujarku begitu saja tanpa aku sadari. Aku cuma ngerasa mama ga boleh pergi bareng ka Naira, tapi ucapan itu tanpa alasan bagiku.
“kenapa sih Cla? aku kan cuma minta antar mama ke salon, soalnya besok aku mau lomba piano”
“tapi ka . . .”
“tapi kenapa?”
“terserah kaka aja dech” aku berlari menuju kamarku. Entah kenapa aku pengen mama dan ka Naira jangan pergi. Tapi percuma aku ga punya alasan untuk mencegah mereka.

1 jam kemudian...

Musik waltz 4 mini mengalun di
Hp ku, bertanda ada panggilan masuk.
Aku memencet tombol dan akupun tersambung dengan orang di sebrang sana.
‘selamat siang’
‘ya, selamat siang’
‘anda dari keluarga ibu Neny Susanti?’
‘ya, saya anaknya. maaf bapak siapa ya?’
‘saya petugas RS. ******, Ibu anda dan juga seorang gadis yang bersamanya saat ini berada di RS.’
‘yang benar pa? saya segera ke sana. terimakasih’

Aku menutup telephone kemudian menghubungi papa tentang mama dan ka Naira. Papa akan segera ke RS dan menyuruhku ke RS dengan menggunakan taxi.
Di Rumah Sakit..

“pa, gimana mama sama ka Nay kenapa pa?”
“mama sama Naira kecelakaan sayang”
“trus keadaanya sekarang gimana pa?”
“ka Naira masih koma”
“trus mama?”
“mama kamu sudang di panggil Allah sayang” papa langsung memelukku erat.

Kakiku terasa kaku seketika, aku merasa duniaku menjadi sempit, kosong dan hampa.
Mama telah menghadap Yang Maha Kuasa, entah bagaimana aku harus menjalani hidup setelah ini.
Setelah mama tak ada.
Aku hanya terpaku, dan sesekali terisak dalam luka yang amat mendalam dalam dekapan papa.


*****


“koq bengong sayang?” ujar ka Naira sambil memegang pipiku.
“udah jangan pegang pipiku ! papa mana ?” aku menaikan nada suaraku sehingga terdengar membentak.
“tadi pagi papa berangkat keluar negri, emangnya kamu perlu apa?” sahut ka Naira lembut.
“ga perlu tau ! udah ya jangan main piano pagi-pagi, berisik tau !”
“loh emang kenapa? biasanya kamu sama mama yang suk request lagu”
“semua gara-gara kaka tau !” aku berlari menuju kamarku.


*****


“Clarinta, bantu kaka latian jalan yuk” ujar ka Naira sambil membuka pintu kamarku. Ka Naira mendekatkan kursi rodanya ke tempat tidurku.
“aku ga mau ka ! aku minta kaka keluar dari kamarku sekarang !” dan lagi-lagi aku membentak ka Naira.

Ka Naira mendorong kursi rodanya menjauhi tempat tidurku.
Aku sempat melihat ka Naira meneteskan air matanya.

Aku mengambil potret cantik mama di nakas samping tempat tidurku.
Di foto ini mama begitu cantik dengan senyum yang mengembang di sudut bibirnya.
Ma, apa aku begitu kasar sama ka Naira ??
aku sering membentak dan mengusirnya.
sebenernya aku kasian sama ka Naira ma, kakak udah jarang main piano kaya dulu.
setiap mengeliat wajah ka Naira aku pasti inget mama. Senyum ka Naira persis kaya mama. Itu yang buat aku benci ka Naira, ma.
Kenapa orang yang buat mama meninggal harus mewaris senyum mama ?!
Tanpa terasa klistal bening memeleh dari sudut mataku.
Aku benar-bener merindukan mama.


*****

Aku terbangun dari tidur, mataku terasa sembab dan sedikit bengkak.
Mungkin karena tangisanku tadi siang.

oaaah , duh udah sore koq mata masih ngantuk gini ya” aku bangkit dari tempat tidur, mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
“non Clariiin” teriak bi Titi di depan pintu kamar mandi.
“kenapa teriak-teriak sih bi?” ujarku setelah keluar dari kamar mandi.
“non Clarin, non Naira ga ada di rumah non, non tau di mana non Naira sekarang?” tanya bi Titi dengan nada cemas.
“alaah bibi, palingan juga ka Nay di samping kolam renang bi”
“ga ada non. Bibi, bi wati sama mang Doni udah cari-cari di semua ruangan tapi, ga ke temu non”
“pa budi mana? udah tanya ke pa budi” aku menanyakan pa budi satpam rumah pada bi Titi.
“pa Budi juga lagi nyariin non”
“ya udah aku cari ka Nay dulu bi” aku bergegas menuju garasi.

Aku mengeluarkan mobil Honda Jazz milik ka Naira dari garasi.
Sebenarnya aku belum dibolehkan mengendarai mobil, tapi mau gimana lagi aku juga ga punya motor.
Mobil yang aku bawa melaju dengan kecepatan sedang, maklum aku belum begitu bisa mengendarai mobil.
Mobil yang aku bawa melaju menuju TPU, tempat pemakaman mama. Aku cuma mengikuti feelingku.
Aku memarkirkan mobil dan berjalan menuju makam mama.
Ternyata feelingku tepat. Terlihat dari jarak yang ga terlalu jauh, ka Naira duduk di kursi rodanya di samping makam mama. Bersama Pa BUdi, satpam rumahku.

Aku mendekati Pa BUdi, dia menyatakan padaku bahwa dia yang mengantar ka Naira sampai ke makam mama.
Pa Budi sengaja merahasiakannya karena perintah kaka.



Terdengar suara parau ka Naira karena air mata terus mengalir dari kedua matanya.


、、ma, aku bawa piala lomba piano kemarin.
aku persembahkan piala ini buat mama sama Clanrinta.
Karena mama sama Clarinta yang selalu memenin aku latian piano, tapi kayanya Clarinta ga peduli sama piala ini ma.
ma, aku sedih ma. Clarinta benci banget sama aku. Dia masih nyalahin aku, soal kematian mama.
Aku ga marah waktu dia mbentak aku, aku ga marah kalo dia marah-marahin kalau itu semua bisa ngilangin kebencian dia ke aku ma. tapi kayanya semua sia-sia dia tetep benci sama aku ma.
Kenapa harus mama yang meninggal ? bukan aku ?
Mungkin kalau aku yang meninggal, aku ga bakal dibenci Clarinta.
Aku sayang Clarinta ma, dia adeku yang manis dan lucu.
Perubahan sikapnya mungkin gara-gara aku ma.
Aku sayang mama 、、

Ka Naira mengusap air matanya.
Apa aku udah begitu jahat sama ka Naira ??
Aku berlari menuju ka Naira.

“Clarinta sayang kaka” ujarku langsung memeluk ka Naira yang masih duduk di kursi rodanya.
“maafin aku ya ka”
“maafin kaka juga ya”
“ka, kita pulang yuk. tapi kaka harus janji klo udah sampai rumah. Kaka harus mainin piano yang bagus buat aku ya”
“iya adeku sayang”
“ma, kita pulang dulu ya” ujarku sambil menatap nisan mama.


Setelah hari ini tuts-tuts piano akan selalu berdenting..



THE END *

Hujan November (Memoar Sendu)

"Vicky, aku merindukanmu" desisku di antara rinai hujan.
Masih di bulan November di tahun yang berbeda. Hujan dan November mengingatkanku padamu.
~~~~~

Mendung masih menggelayuti sore itu. Disusul rinai hujan. Kau yang menyambutku dengan payung hitam saat tubuhku basah kuyup di tepi jalan saat berteduh. Hujan dan pajung hitam mengawali pertemuan kita. Kau berkata 'kau tau, hujan itu anugrah. Karena turunya di iringi oleh malaikat, dan hujan yang mempertemukanku denganmu'
Pertemuan singkat yang masih terekam jelas dibenakku yang menyisakan sedikit goresan emas bertanda `sahabat`.
~~~~~
"Vicky, apa kau masih merasakan rinai persahabatan kita. Kau berjanji akan datang kembali padaku di bulan November dengan payung hitammu.
Tapi kau salah vicky, aku yang memegang payung hitam di dekat pusaramu tepat di bulan November.
Kau tak kembali padaku, tapi kau kembali pada Ilahi.
Kau memang anugrah Vicky, seperti halnya hujan.

Sahabat Beda Dunia

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah baru.
"ayo masuk" bu andin menyuruhku masuk. Beliau yang akan menjadi wali kelasku di sekolah ini.
"Iya bu" aku mengikuti langkah bu andin.

Selesai Memperkenalkan diri pada semua teman baru, aku di persilakan duduk di samping seorang gadis yang bernama Lia.
Semoga dia bisa jdi teman baikku disini.

Bel istirahat berbunyi..

"Qutz, ke kantin yuk bareng aku, sekalian akt tunjukan tempat-tempat di sekolah ini" ajak Lia.
"Maaf, Lia aku lagi pengen duduk di sini"
"Apa kAmu mau titip minuman atau apa gtu?" tanya dia lagi
"Ooh, boleh minuman dingin ya, ini uangnya" aku memberikan selmbar uang.
"Oke kmu tunggu di sini ya, hati-hati ya" ujarnya setengah berbisik. Lia pun bergegas keluar kelas.

Aku hanya sendiri di kelas ini. Tapi aku memang sangat menyukai tempat-tempat yang sunyi.

"Haii" terdengar sapaan dari belakangku.
Aku menengok ke belakang. Terlihat seorang cowok keren, tapi wajahnya terlihat pucat, bibirnya agak sedikit membiru.
"Haii juga, kamu siapa ?" ujarku sambil tersenyum.
"Kamu anak baru ya?" dia malah balik bertanya.
"Iya, nama kmu siapa?" tanya ku heran.
"Nama aku kenn, kamu bisa bntu aku ga ? aku yakin cuma kamu yg bisa bntu aku" tanyanya sambil memegang dagu.
"Bantu apa Kenn?"

"Haii yaqutt, ini minuman dinginnya" ujar lia sembari berlari ke arahku.
aku melirik ke belakangku, cowok yg bernama Kenn sudah tidak ada. Aku mencarinya, dia mnghilang begitu saja.
Apakah dia sejenis hmmm.. `hantu`..??
"Woii, kenapa bengong sih?" Lia mnyentuh pundakku.
"Lia, kmu kenal sama cowok yg bernama Kenn?"
"Ken siapa Qutz? yang namanya Kenn di sini banyak" membuka tutup botol dan meminumnya.
"Oooh gitu ya" jawabku datar

Aku meminum minuman yg di beli Lia.

Pulang sekolah..

Aku menunggu papah menjemputku, di halaman depan sekolah. Sekolah sudah agak sepi.

"Yaqutz" cowok yang brnama Kenn memanggilku.
"Kmu tau nama aku?"
"Aku tau dari Lia. Yaqutz aku mau minta tolong sama kamu" Kenn menundukan kepalanya.
"Boleh, bantu apa?"
"Ini tolong berikan ke cowok bernama Shadii di kelas 11 ipa 2 ya, makasih" Kenn menyerahkan selembar kertas.
"Tapikan aku ga kenal, Kenn"

Lagi-lagi Kenn Meninggalkanku.

Keesokan harinya..

"Lia kmu kenal sama yang namanya Shadii kelas 11 ipa 2 ga?"
"Irshadi bagas maksudmu? kenapa ? kamu suka ya ?" lia menyenggol tanganku.
"Ya mungkin saja maksudnya, Irshadi bagas itu"
"Nanti istirahat aku temuin dech sama dia"

istirahat..

Aku dan Lia menuju ke kelas 11 ipa 2.
"ini Qutz yang namanya Shadii" Lia memperkenalkanku pada Shadii.

Ya Tuhaaaan, wajahnya mirip sekali dengan Kenn !!!!!!
"Aku tinggl dulu ya, kamu ngobrol dech" Lia meninggalkan kami berdua.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan.
"Ini" aku menyerahkan selembar kertas yang aku dapat dari Kenn.
"Maksudnya apa ini?" Shadii mengerutkan kening.
"Aku dapat dari Kenn, Kenn yang menyuruhku memberikan itu ke padamu"
"Kamu gila apa ! , jgn ngarang deh !" Kata Shadii dengan suara agak keras.
"aku ga ngarang Shadii"
"Kapan kamu dapat kertas ini?" tanya Shadii
"Baru kemarin, Kenn yang memberiku kertas itu"
"Memang apa isi kertas itu?" tanyaku
lagi.
Shadii membukanya dan mmbacakan lagi untukku.

``TEMUKAN AKU DI SAMPING RUMAH POHON KITA, DI BALIK SEMAK``
TTD :: KENNENTH

"Pulang sekolah kita kesana" ujar Shadii tiba-tiba.
"maksuuuuudnya ap ?????????" tanyaku heran.
Tapi toh aku hanya mengiyakan.

Pulang sekolah..
Aku sengaja tidak minta papah utk mnjemputku.
Shadii mengajakku ke sebuah tmpat.
"Itu tmpatnya" Shadii menarik tangan ku.
Shadii langsung menuju ke balik semak dan menemukn gundukn tnah yg tidak terlalu tinggi. Dia dengan cepat mnghubungi sebuah nomor dengan Hpnya.
"Aku menemukannya ayah" itu kata yang sempat aku dngar.

Tak berapa lama kemudian seorang bapak beserta kedua polisi datang menghampiri kami.
"Apa benar Shadii?" tnya bapak itu kepada Shadii.
"Itu yah" shadii hanya menunjuk gundukan tanah itu.
"Shadii, sebenarnya ada apa?"
Shadii langsung memelukku dengan air mata metenes dri matanya.

Akhirnya dia menceritakan semua.

~ kenn adalah saudara kembar Shadii yang hilang 1 bulan yang lalu, keluarganya telah mencari Kenn.
Tetapi tak menemukan kunjung kepastian, dan Kenn memberikan selembar kertas itu padaku. Membuat Shadii dan keluarganya menemukan jawabn dan juga menemukan jenazah Kenn saat ini.
~ Ya Kenn memang sudah meninggal satu bulan yg lalu karena dibunuh oleh saingan kerja ayahnya.


Tiba-tiba Kenn berada di Sampingku..
" Makasih Qutz, aku yakin cuma kamu yang bisa" bisik Kenn yang memakai jas putih dan wajahnya terlihat segar, tidak pucat.
Dia juga tersenyum manis padaku. Lama-kelamaan, Kenn berlalu dari pandangnku.


~ SELAMAT JALAN KENN, sahabat baruku ~

Kamis, 06 November 2014

Kamu pikir kamu siapa?



kamu pikir kamu siapa?
datang dengan senyum, kemudian pergi meninggalkan luka?
kamu bilang aku adalah bintang di hidupmu.
tapi kamu tau?
bintang yang paling terang itu yang paling cepet mati !!!
aku ga segampang itu percaya sebenarnya, tapi kata-kata kamu itu bikin aku berharap lagi..

"jangan ngarepin aku lagi"
sungguh memang kamu adalah yang pertama ada disini (nunjuk jantung)
bukan hati loh, tapi jantung.
organ yang memompa darah ke seluruh tubuh..


Jumat, 26 September 2014

Aku Lelah..

Aku lelah..
dan teramat lelah..

beri aku jeda untuk menghela nafas sejenak, melupakan semua obsesi dan ambisi yang membebani pikiran ini.
biarkan aku menguapkan semua keluh kesah tanpa ragu untuk berkata apa adanya.
jika kau tak mampu mengerti aku, pergilah menjauh, karena aku tak butuh kau pahami dan  tak butuh agar kau mengerti.

aku lelah..

untuk sekian kali aku terjatuh, aku mencoba bangkit sendiri.
merasakan luka yang menyayat sendirian..
tanpa ada yang menopang,
mengulurkan tangan,
atau bahkan memberi semangat.
bukan aku tak butuh teman, bukan.. bukan itu sebenarnya..

alasanya sederhana..

KARENA AKU LELAH..

Selasa, 23 September 2014

Belajar Mencintai Pekerjaan.

suatu siang di dalam kelas, saat itu mata kuliah pengantar akuntansi sedang berlangsung.
Kami sedang membahas bab jurnal akun, entah bagaimana awal percakapan tidak penting ini terjadi.
Teman sekelas saya, Pak Jun namanya. saya memanggil beliau demikian karena memang usianya jauh dibanding saya dan teman-teman yang lain.

Awalnya dosen mengatakan jika mencintai pekerjaan itu seperti mencintai seseorang. Tetapi teman saya, pakJun itu menyanggah opini ibu dosen..

Begini kira-kira quotesnya :
" Mencintai pekerjaan itu tidak sama halnya dengan jika mencintai seseorang. Saat kita mencintai pekerjaan, maka pekerjaan itu akan membalas dengan mencintai kita. Beda halnya jika kita mencintai seseorang, belum tentu orang tersebut dapat mencintai kita. Karena dalam masalah pekerjaan, kita lah yang memegang kendali atas apa yang kita inginkan."


Sebenarnya percakapan ini  tidak ada kaitannya dengan mata kuliah hari itu, tetapi quotes itu cukup menarik untuk saya anggkat di blog ini, hahahaha..



SEKIAN

Minggu, 31 Agustus 2014

Ini Kelas Baru Loh

Ini pertama kalinya aku berangkat yang namanya kuliah. Berangkat dari temapt kerja jam sembilan kurang, di anter papah pake motor. Niat gak niat sebenernya, soalnya kaki masih sakit ngilu gitu rasanya.

Pas mau ke kampus, papah malah belok dulu beli plastik buat mbungkus mie, hemat waktu katanya, biar ga usah bolak-balik.

Aku masuk diantar sama papah, langsung di suruh masuk ruang lab. naik tangga pula, padahal kaki masih nyut-nyutan.

Pas aku masuk, ternyata di kelas cuma ada 4 orang. dua cewe dan dua lainya cowo. kebayang ga sih sepi banget, hehehehe...

Ya sudahlah, anggap aja ini kelas khusus gitu yanG sekelas cuma di isi orang-orang pilihan. hehehehehehe...

Rabu, 06 Agustus 2014

Mereka yang Rindu Kasih Sayang

Catatan ini adalah gambaran minggu-minggu lalu. Tepatnya H-7 dan H+7 Lebaran Idul Fitri. Mungkin biasanya pada pedagang akan kebanjiran pelanggan, dari yang berada di super mall, mini market, pasar tradisional, atau bahkan para pedagang pinjir jalan. Tapi ternyata bukan hanya mereka yang kepanjiran pelanggan, Dokter pun demikian. Pasien datang dengan jumlah yang berlipat ganda dari biasanya.

Kebanyakan dari mereka mengeluhkan sakit perut, mungkin gara-gara kebanyakan makan ketupat. hehehehehe...

ssssssssssssssssstttt...

Tapi banyak juga loh mereka yang datang hanya untuk mencari perhatian.
Bukan dalam artian negatif tentunya, Ibu-Ibu, Bapak-Bapak yang mempunyai anak yang bekerja di luar kota akan sangat rindu pada anaknya. Jadi saya pikir mungkin ini salah satu alasan banyaknya pasien pra dan pasca hari raya.
Berobat di dampingi oleh anak-anak tercinta tentu menjadi kebahagian tersendiri bagi mereka.

Selidik punya selidik gak jarang loh mereka hanya mengeluh sakit pinggang hanya gara-gara rindu pada anaknya.
loh? kok bisa?



Ibu atau Bapak yang rindu pada anaknya itu pura-pura sakit, agar si anak mau mengantarnya berobat. Padahal sebenarnya sakit yang di rasa tidak seberapa.
Perlu kita ketahui sebenarnya bukan sang dokter yang menyembuhkan penyakit si ibu atau si bapak tadi. Tapi melainkan karena rasa kasih sayang dari si anaklah yang menyembuhakan ibu atau bapak tadi.

Rindu yang di rasa dapat di obati, bukan oleh resep yang di tulis Dokter, tetapi hanya dengan kedatangan anak tercinta saja sudah cukup mengobati.

tentu saja ini sebagai alibi atau istilah kerennya modus lah, agar mereka dapat bersama anak mereka, membangkan mereka di hadapan teman-temannya. Mereka mengeluhkan sakit ini sakit itu agar mendapat perhatian

Kita sebagai anak harusnya dapat memahami dan mengerti perasaan orang tua, jadi tidak ada lagi alibi sakit dan sebagainya hanya untuk mengharap kasih sayang dari kita sebagi anak.

Rabu, 16 Juli 2014

Endlles Love






 
Hari Minggu tanggal 13 Juli 2014, jawdalnya aku cuci baju nah sambil nunggu cucian selesai aku nyalain tv. Pencet-pencet remote dan akhirnya berhenti di chanel Aora9 (tv berlanggangan).Aku baca Judulnya Endless Love, kayanya sih film-film luar gitu tapi setelah diperhatiin kok orangnya kaya korea-korea gitu ya?

Ah iya ternyata emang drama korea, sebenernya aku bukan cewek yang terlalu suka drama korea. Drama korea yang pernah aku nonton dari awal sampe akhir cuma dikit palingan "You Are My Destiny", "Dong Yi", "Naughty Kiss", "Tamra The Island", "Pasta", "Pink Lipstick". Cuma itu dong, beda lah ya sama temen-temen yang suka drakor pasti listnya banyaaaaaak banget hehehe :D

Adik aku -Lia dan Fira- juga ikut nonton, ceritanaya masya Allah nyentuh banget, aku aja sampe nangis :'( bahkan adik aku yang masih SD juga ikutan nangis huhuhu........
 Bener-bener cerita yang menguras air mata.

Aku belum pernah nontoh drama itu sebelumnya, tapi dulu temen aku pernah nyeritain tentang itu yang aku inget sih si tokoh utama wanita akhirnya meninggal.Drama Ini sebenernya jadul bamget, tepatnya awal 2000an. Drama itu di putar langsung 5 episode. dari jam sepuluh sampe jam dua. Acara cuci bajuku jadi terganggu hehehe....

Entah kenapa ya OSTnya Film/Drama Korea itu kayanya pas banget sama Filmnya walau ga tau artinya sih. Beda aja gitu sama sinetron Indonesia kadang adanya yang OSTnya di paksain. Ya walau semuanya sih, contohnya Laskar Pelangi, Habibie Ainun dan masih banyak yang lain.

Pas jam dua, dramanya udah bersambung. Padahal aku kira sampai selesai loh. Aku langsung browsing sinopsisnya, ternyata ada 18 episod dan aku juga langsung download OSTnya yang keren banget itu.

INI LIRIK LAGUNYA..

naege dwe dora soji marayo naye nunul boayo
on sesang (on sesang) hayadon (hayadon) guddaeye ijonayo
wae nal pogiharyo hajyo gudaen guge swipnayo
naegeman (naegeman) iroke oryoun irin gon gayo
choum buto urinun sijak dweoso andwenun sarangirago
nunmul sokkin aewoni douk guderul noul suga opneyo
naegeso (negeso) gudaenun (gudenun) sarajyoson
andwenun bichi ossumul anayo
gudega (gudega) ddonamyon (ddonamyon) naye modun sesangdo
sarajindanun gol ijjinun marayo
sumul swigo sipoyo gude sarang aneso

gudae senggakmanuro usumi nayo naegen himi dwioyo
gudae senggakmanuro nunmuri nayo modun gosi duryowo
naegeso (negeso) gudaenun (gudenun) sarajyoson
andwenun bichi ossumul anayo
gudega (gudega) ddonamyon (ddonamyon) naye modun sesangdo
sarajindanun gol ijjinun marayo
sumul swigo sipoyo gude sarang aneso


naege dwe dora soji marayo naye nunul boayo
on sesang (on sesang) hayadon (hayadon) guddaeye ijonayo
wae nal pogiharyo hajyo gudaen guge swipnayo
naegeman (naegeman) iroke oryoun irin gon gayo
choum buto urinun sijak dweoso andwenun sarangirago
nunmul sokkin aewoni douk guderul noul suga opneyo
naegeso (negeso) gudaenun (gudenun) sarajyoson
andwenun bichi ossumul anayo
gudega (gudega) ddonamyon (ddonamyon) naye modun sesangdo
sarajindanun gol ijjinun marayo
sumul swigo sipoyo gude sarang aneso

gudae senggakmanuro usumi nayo naegen himi dwioyo
gudae senggakmanuro nunmuri nayo modun gosi duryowo
naegeso (negeso) gudaenun (gudenun) sarajyoson
andwenun bichi ossumul anayo
gudega (gudega) ddonamyon (ddonamyon) naye modun sesangdo
sarajindanun gol ijjinun marayo
sumul swigo sipoyo gude sarang anes

 
TERJEMAHANYA..
 
Jangan berpaling dari ku!
Lihatlah ke mataku…!
Semua dunia terlihat putih
Apakah kau lupa dengan janji yang telah kau buat…?

Mengapa kau menyerah untuk diriku?

Kau berpaling dengan begitu mudah
Tetapi bagiku… itu sangat sulit

Dari awal
Kita saling mencintai, yang tidak boleh kita mulai
Air mataku telah menyatu,
dengan permintaan Bahwa aku tidak bisa
memberikan  diri ini lebih kepada dirimu

#kau tidak boleh
menghilang dari kehidupanku
Ketahuilah bahwa kau adalah penerang Ku
Jika kau pergi,
maka kau mengambil seluruh duniaku
Jangan lupa bahwa semua itu akan hilang
Aku hanya ingin bernapas
Dari cinta mu...

Aku tersenyum setiap kali aku memikirkanmu
Hal itu begitu sulit bagiku
Aku menangis setiap kali aku memikirkanmu
Aku takut segalanya tentangmu
Jangan berpaling dari ku!
Lihatlah ke mataku…!
Semua dunia terlihat putih
Apakah kau lupa dengan janji yang telah kau buat…?

Mengapa kau menyerah untuk diriku?
Kau berpaling dengan begitu mudah
Tetapi bagiku… itu sangat sulit

Dari awal
Kita saling mencintai, yang tidak boleh kita mulai
Air mataku telah menyatu,
dengan permintaan Bahwa aku tidak bisa
memberikan  diri ini lebih kepada dirimu

#kau tidak boleh
menghilang dari kehidupanku
Ketahuilah bahwa kau adalah penerang Ku
Jika kau pergi,
maka kau mengambil seluruh duniaku
Jangan lupa bahwa semua itu akan hilang
Aku hanya ingin bernapas
Dari cinta mu...

Aku tersenyum setiap kali aku memikirkanmu
Hal itu begitu sulit bagiku
Aku menangis setiap kali aku memikirkanmu
Aku takut segalanya tentangmu
 

Sabtu, 12 Juli 2014

Kata-kata Jadul (TEGAL)

Berikut ini adalah kata-kata yang berhasil saya kumpulkan tentunya dengan bantuan teman-teman saya. Maksud postingan ini hanya untuk mengingatkan kembali atau bahkan sekedar memberi informasi kepada semua tentang kata-kata dalam bahsa Tegal yang mungkin sekarang sudah jarang digunakan. Semoga dengan postingan ini kita dapat melestarikan kata-kata tersebut hehehe :D

DRUANG = KERTAS
CAWIK
CUNTANG
PISING
GENDUL
CEPLIK
SLOROK
GARU
ILIR
DAMAR
KROAK
KREWEK
KRIWIK

Jumat, 04 Juli 2014

Malaikat HOGRAS itu cinta aku.

Hari masih pagi saat Rifqa mulai mengayuh sepeda menyusuri jalan kecil menuju rumah Devan untuk mengembalikan semua kenangan manis bersama laki-laki itu. Iya kenangan yang bahkan terlalu indah untuk sekedar tak diingat. Rifqa sangat tahu betul itu.
 Saat memutuskan untuk menerima Devan masuk ke dalam hidupnya, otomatis dia harus menerima semua konsekuensi, bahkan untuk halyang terburuk. Seperti yang sedang di alami Rifqa saat ini.

Kepala Riqfa terasa pening, saat mengingat kejadian semalam.Kejadian yang memaksanya harus menempuh jarak dengan sepedanya menuju suatu tempat dengan perasaan aneh.

Di perempatan jalan, Rifqa mengambil arah kiri. Selang beberapa saat Rifqa menghentikan sepedanya di sebuah rumah bergaya minimalis yang kontras dengan rumah-rumah di sekitarnya.

Rifqa memarkirkan sepedanya sembarangan, dia bergegas mengambil sebuah kotak berukuran sedang yang tadi di berada di keranjang depan. Rifqa sedikit berlari menuju pintu rumah itu, tepat saat dia akan mengetuk pintu seorang laki-laki membuka pintu. Laki-laki itu menyengritkan dahinya melihat seorang gadis di depan pintu rumahnya.

Sesaat kemudian dia melebarkan tangannya berniat merangkul gadis berpita emas yang sedari tadi menatapnya tajam. Rifqa dengan kecepatan setara angin menepis tangan laki-laki itu.
"Gak usah sok baik. Gue udah tau siapa loe sebenarnya" tandas Riqa.
"Emang aku baik kan? Aku pernah jahat apa ke kamu, Rif?" tanya  Devan -nama laki-laki itu- berjalan satu langkah lebih dekat dengan Rifqa.

"Bukannya aku udah bilang semuanya ke kamu kalau kita berbeda? Kenapa sekarang kamu kayak gini? Kamu kecewa atas keputusanmu waktu itu?" Tanya Devan beruntun.

Rifqa membekap mulutnya dengan tangan kanan agar isakannya berhenti. Matanya mulai mengeluarkan air mata saat Devan mengatakan bahwa dia dan Devan berbeda. Perbedaan yang terlalu jauh, dan Rifqa tidak mungkin dapat menghilangkan suatu fakta itu. Rifqa dan Devan berbeda.
Apa terlau berbeda? Saat air dan minyakpun dapat bercampur dengan emulgator sehingga nantinya menghasilkan emulsi. Apa tidak ada suatu proses yang menyatukan dirinya dan Devan agar nantinya menghasilkan kebahagiaan?

Devan mengusap lembut puncak kepala Rifqa, berharap agar gadis-nya itu dapat menghentikan tangis.
Rifqa diam, tidak melakukan perlawanan apa-apa, padahal tadinya dia berniat akan melemparkan kotak yang di bawanya tetap di mata Devan. Tapi hal itu tidak terjadi, Rifqa hanya menggenggam kotak itu dengan tangan kirinya secara erat.

Devan melirik kotak yang sedari tadi digenggam oleh Rifqa.
"Rif, kamu jangan pernah kembalikan kotak itu ya, aku mohon" ujar Devan menatap mata Rifqa dengan penuh harap.
"Apa alasannya?" Rifqa mundur satu langkah dari Devan.
"Aku gak mau masuk HOGRAS itu lagi, aku mau nemenin kamu di sini. Aku cuma ingin jadi manusia kaya kamu, biar aku bisa jagain kamu."
"Tapi...."
"Aku gak mau jadi aneh di depan kamu lagi, malaikat atau apapun sebutan kamu itu. Aku cuma ingin jadi seperti kamu, tanpa sayap yang selalu menggangu ini" Devan melebarkan sayap yang ada di belakang tubuhnya.


Kamis, 03 Juli 2014

Sebuah Kepercayaan

Saat kepercayaan kita pada seseorang telah dikhianati, tentu sangat sulit untuk memaafkan. Apalagi jika yang di beri kepercayaan adalah orang yang sudah sangat kita kenal. Memberi kepercayaan memang agak mudah untuk sebagian orang karena mungkin menurut mereka orang yang meraka percayai tentu dapat menjaga kepercayaan itu, atau mungkin mereka mengganggap semua orang itu baik, dan layak di beri kepercayaan yang sama.
Tapi kan tidak semua orang itu sifatnya amanah bukan?
Berprasangka baik terhadap semua orang memang sangat perlu, tapi memang ada kalanya kita harus memfilter suatu informasi yang hendak kita sampaikan kepada seseorang.
Agar sebuah kepercayaan yang kita berikan nantinya tidak di salah gunakan.

Jumat, 27 Juni 2014

(Untukmu) Aku Bertahan

Aku masih setia menatap layar komputer lipat berwarna biru muda. Berusaha mengumpulkan imajinasi yang agaknya masih berada di atas sana, menggantung di platform kamar. Aku tak tau bagaimana para penulis novel mendapatkan ide dan menyelesaikan kisahnya yang hampir berlembar-lembar itu. Sedangkan aku?
Untuk memulai awal kata saja susahnya minta ampun apalagi menyelesaikan tiap kalimat menjadi alenia-alenia yang akhirnya menghasilkan kisah yang menakjubkan atau bahkan sekedar menarik.

//Terik matahari tak mampu melunturkan semangat lelaki itu menari sambil memainkan bola berwarna orange. Iyel oh Iyel. I love you//


Tok tak tuk tok tak tuk tuk

Terdengar ketukan tak biasa dari pintu kamarku yang tertutup. Ah menganggu saja, siapa lagi kalau bukan Viana Arsandya. Gadis chuby yang telah menjadi sahabatku dari kelas satu SD.

"Udah deh jangan berisik" seruku ke arah pintu berusaha menghentikan tingkah gilanya.

Dan benar saja, suara ketukan itu sudah tak terdengar lagi. Dengan cengiran khasnya Via menjulurkan kepalanya di pintu yang belum sepenuhnya terbuka.

"Hehe Ify tau aja deh kalo Via dateng" menutup pintu, berjalan ke arahku dan langsung menghempaskan tubuhnya.

"adauwh" jeritku. Ku elus punggungku. Ah dasar. dia kira di a semut apa? Teganya menindihku yang kerempeng begini.

"Hehe maaf Fy. Elonya geser dikit donk" mendorong-dorong tubuhku agar sedikit kekanan dan memberinya ruang untuk berbaring di sampingku.
Aku berpura-pura tidak mendengar permintaan maafnya yang diakhiri dengan perintah. Berusaha memasang mimik wajah serius menatap layar.
Tapi percuma Sivia malah lebih gencar melaksanakan aksinya. Sial, aku mengalah dari pada tubuhku risek gara-gara dia.

"Akhirnya" menghela nafas panjang setelah berhasil mendorong tubuhku. Helaan nafasnya seolah baru saja dia telah mengeser bongkahan batu raksasa yang menghalangi jalan. Oh ayo lah, aku kan langsing, mungkin lebih tepatnya kekurangan berat badan alias kurus.

"Rese lo Vi" gerutuku sebal.

"Ify jangan marah donk, hehe" Memang dia tak pernah bisa membuatku marah, hanya dengan melihat cekungan di pipinya membuat semuanya jadi seolah seperti biasa. Kesalku mendadak lenyap.

Via membalikan tubuhnya sepertiku, menarik laptop agar lebih dekat ke arahnya.

"Hahahaha." tawanya pecah sesaat setelah membaca deretan huruf yang tertera di layar.

Memang ada yang lucu? Aku menarik laptop ke tempatnya semula, di hadapanku. Aku membacanya dengan teliti. Rasanya tidak ada yang aneh. Biasa saja kok. Mungkin Via berusaha menjahiliku, aku melirik Via yang berada di sampingku, tawanya masih berderai. Kebawah... dan ternyata... Astaga... Aku menuliskan kata-kata memalukan itu. Dan sialnya Via membacanya.

"Fy, apa loe segitu sukanya ke Iyel ya?" Via menetralkan suara, mengatus nafas setelah menghentikan tawanya.

"Ya loe tau sendiri kan" ujarku tak acuh.
"Ya ya ya gue tau. Tapi mending jangan terlalalu deh, nanti loe malah sakit hati" ceramah Via.
"Emang salah ya kalo gue suka sama dia?" ujarku lirih.


Dia sungguh beruntung dibandingkan aku dalam urusan cinta. Betapa tidak? Via yang dulunya selalu cuek dengan makhluk cowok dan sekalinya dia mencoba membuka hati, Alvin langsung mengetuk pintu hatinya. Alvin yang tinggi, putih, bermata sipit selalu bertingkah romanis yang menjadi pemenang hati Via. Sedangkan aku? Ck... Iyel yang ku suka saja dari hari ke hari semakin jauh dari jangkauan.

"Udah deh ga usah pasang muka mellow gitu. Oh ya jadi cerpen ini yang mau loe bikin buat tugas dari Bu Winda?"
Aku mengangguk.
"Loe mau buat cerita tentang Iyel yang popular itu dan endingnya loe jadian sama dia, gitu?"
Aku mengangguk lagi.
Apa begitu mudahnya ya menebak pikiranku?

* * * * *

Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Tapi aku belum berniat meninggalkan sekolah. Aku memilih duduk di bangku panjang di tepi lapangan. Pandanganku menerawang ke tengah lapangan. Dimana aku lihat lelaki pujaanku sedang bermain bakset besama teman-teman yang berseragam sama. Tadinya Via sudah mengajakku pulang bersama tapi aku bersikeras untuk menonton pujaan hatiku beraksi. Hari ini sama dengan apa yang ku tulis sebagai awal untuk tugas cerpen.

"Auuwh" aku mencari sumber suara. Tertanya itu suara Shilla yang sedang berlatih chers terkena bola basket di bagian kepalanya. Rasanya aku ingin tertawa keras saat itu juga. Jahat memang tapi aku menikmati agedan itu. Hahaha.
Atau mungkin aku harus memasukkan adegan ini ke dalam ceritaku nanti. Akan ku buat aku menolong Shilla dan Iyel menyukaiku atas kebaikanku itu. Licik memang.

Dari tempatnya berdiri ku lihat Iyel berlari ke arah Shilla yang masih merintih kesakitan sambil memegangi dahinya. Iyel menyentuh dahi Shilla mengatakan sesuatu padanya. Sekian detik kemudian Shilla pingsan dan dengan cekatan Iyel membopong tubuh Shilla.
Tubuhku membeku seketika. Adegan itu seperti slow motion yang berputar-putar di kepalaku. Hatiku sakit. Aku sudah melayang tinggi oleh anganku dan dengan acuhnya Iyel menghempaskanku. Aku cemburu !
Aku mencoba bangkit dari tempatku duduk, menghela nafas panjang berusaha menetralkan perasaanku. Mungkin benar kata Via harusnya aku langsung pulang saja.
Baru saja aku melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah, tetesan hujan langsung menyambutku, sepertinya langit tahu suasana hatiku saja.
Ku ketatkan tas ransel berusaha menghalau rasa dingin.


"Ying pulang yuk. Udah gerimis noh" ujar lelaki berjaket biru tua sembari menunjuk langit yang masih meneteskan air ke bumi.
"Pulang sendiri aja sono" semakin merapatkan punggungku ke dinding agar gerimis tidak membasah kuyupkan tubuhku.
"Loe mau nunggu angkot sampe kapan? Ini udah hampir jam lima tau. Mau kaya waktu itu?" ocehnya panjang.
"Waktu itu, kapan?" tanyaku malas.
"Memang siapa yang pulang dari ekskul pulang ke rumah sambil nanggis gara-gara gak dapet angkot? Untungnya ada gue kan?" menaikan sebelah alisnya seolah dia punya jasa besar karena sudah mengantarkan ku pulang.

Memang sih aku senang sekali waktu itu. Rio menepuk bahuku dari belakang. Awalnya tangisku bertambah keras karena aku pikir dia penjahat yang akan menculikku. Aku sama sekali tidak berani menengok ke belakang, ku percepat langkah dan berdo'a pada Tuhan agar melindungiku. Dengan santainya memotong jalanku dengan sepedanya. Menawarkan boncengan padaku. Jelas saja aku langsung memeluknya, berterima kasih sambil mengusap dengan kasar air mataku.
Tak bisa ku bayangkan betapa jeleknya wajahku saat itu. Ck.

"Udah jangan banyak mikir. Gue juga ga bakal ngapa-ngapain tubuh tuying loe itu kok" Rio mengedipkan matanya, semakin besar rupanya Rio semakin rese.

* * * * *

"Fy, Shilla kenapa kepalanya benjol gitu sih?" Via mendekatkan bibirnya di telingaku berbicara dengan volume kecil.
Aku menengok kebelakang dimana tempat Shilla duduk. Benar saja hari ini ada yang tidak biasa dari penampilan Shilla, di dahinya ada sebuah aksesoris unik berbentuk bulat, bahkan poninya yang tebal tidak dapat menutupinya dengan sempurna.

"Shillany Farra, maju dan selesaikan soal nomor satu" ujar Bu Tati dengan aura menegangkan. Mendadak seisi kelas diam, menghentikan aktivitasnya masing-masing termasuk bernafas. Semua mata tertuju kepada Shilla, bahkan teman-teman yang berada di deret depan rela memutar kepalanya seratus tujuh puluh sembilan derajat demi melihat Shilla yang nampaknya kaget namanya dipanggil.
Shilla bangkit dengan anggunnya menuju papan tulis dan mengambil spidol, dia membalikan badannya, memandang seisi kelas termasuk aku. Tapi ku rasa pandangannya terhenti pada suatu titik. Aku mengikuti arah pandangannya. Dia melihat ke arah Iyel !
Dan yang membuatku merasa hawa ruang kelas semakin panas adalah ketika Iyel mengacungkan ibu jarinya, mulutnya berkomat-kamit membuat kalimat 'kamu pasti bisa Shilla'. Shilla tersenyum langsung mengerjakan soal nomor satu dengan sempurna.

"Sekarang untuk nomor dua, Lifyca Meissy"

Jantungku berdetak cepat saat bu Tati memanggil namaku. Ya Tuhan, aku baru mengerjakan soal nomor satu itupun belum selesai dan kini aku harus mengerjakan soal nomor dua di papan tulis? Yang benar saja.

"Vi, gue liat nomor dua donk , loe udahkan?" tanyaku sambil menarik buku milik Via. Tetapi sia-sia. Viana belum sama sekali mengerjakan soal itu.
"Lifyca ayo cepat maju" ujar bu Tati tak sabar

Akhirnya dengan pasrah dan langkah gontai aku menuju kedepan kelas mengambil spidol dari tangan bu Tati. "Kamu pikir kamu sedang apa disitu?" sentak bu Tati seolah mengintrogasi maling yang ketahuan mengambil buah mangga miliknya. Aku hanya dapat menelan ludah, melirik ke arah papan tulis yang menunggu jawban. Aku mencari sosok Iyel berharap dia mau menyemangatiku tapi nihil Iyel malah tanpa minat melihatku berdiri disini.
"Kamu harusnya dapat mencontoh Shilla, Ify. Kamu kan siswi pandai, masa tidak bisa menyelesaikan soal segampang itu?"

Sial, aku dibanding-bandingkan dengan Shilla.
Pantas saja dengan mudah dia mengerjakan soal Hiragana itu, neneknya kan orang Jepang, jadi tidak heranlah kalau dia dengan mudah menyelesaikannya.
Seharusnya di sekolah ini tidak memilih bahasa Jepang sebagai salah satu bahasa asingnya. Kenapa kita harus capai-capai mempelajari bahasa dari negara yang telah menjajah kita?
Mendadak aku jadi sentimentil terhadap bahasa Jepang, atau mungkin terhadap Shilla. Entahlah kurasa hal itu berkaitan.

* * * * *

Suana di belakang panggung masih ramai. Ada yang masih menghafal lirik, para dancer yang melatih gerakan mereka untuk terakhir kali bahkan ada pula yang khusuk memanjatkan do'a, seperti halnya aku. Via duduk di sampingku, menggenggam tangan berusaha memberikanku energi positif.

"Kita sambut Lifyca Meissy" mc sudah memanggil namaku.
Aku berdiri "Do'ain aku ya Vi"
"Pasti donk" Via mengacungkan dua ibu jarinya.

Musik sudah mengalun merdu.


Telah lama aku bertahan..
Demi cinta wujudkan sebuah harapan..
Semua rasa tlah hilang..
Sekarang aku tersadar..
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang..
Apalah arti aku menunggu..
Bila kamu..
Tak cinta lagi..
Namun ku rasa cukup ku menunggu..
Semua rasa tlah hilang..
Sekarang aku tersadar cinta yang ku tunggu tak kunjung datang..
Apalah arti aku menunggu..
Bila kamu..
Tak cinta lagi..
Dahulu kaulah segalanyaaa..
Dahulu hanya dirimu yang ada dihatiku..
Namun sekarang aku mengerti..
Tak perlu ku menunggu sebuah cinta yang semu..

Gemuruh tepuk tangan mengiringi selesainya lagu milik Raisa yang ku nyanyikan. Aku membungkuk mengucapkan terima kasih.

Aku berjalan menuju belakang panggung. Mencari sosok Via diantara teman-teman yang menunggu giliran tampil. Menyusuri lorong-lorong kelas yang pintunya tertutup. Aku mendesah Via tidak ada di mana-mana. Aku menghempaskan tubuhku ke kursi di depan kelas XI IPA 3. Memejamkan mata besyukur pada Tuhan karena hari ini berjalan lancar. Tiba-tiba bahu sebelah kananku terasa berat. Membuka mata dan menemukan sosok tengil itu tengah bersandar di bahuku.

"Minggir cowok rese" aku mengendikkan bahu kanan berusaha menyingkirkan kepala Rio yang berat di bahuku.

Perlahan Rio membuka matanya, menatapku dan menempelkan jari telunjuknya di depan bibirku. "Ssssstt... Jangan ribut" desisnya pelan.
Enak saja dia, memang siapa yang memulai. Aku memutar bola mataku jengah.

"Suara loe bagus" pujinya.
Aku diam saja. Ternyata dia bisa memuji juga, ku kira hanya bisa mengejek.
"Tapi lebih bagus kalo..."
"Kalo gue diem gitu. Rese loe Yo" potongku sambil menjitak kepalanya.
Rio berdeham. "Bukan, lebih baik kalo loe ikutin kata-kata di lagu itu"
"Huh?" aku tak paham.
"Lebik baik loe sadar -apalah arti menunggu-. Gue tahu loe suka Iyel" ujarnya sok tahu.
"Loe gak tau sih Yo gimana sukanya gue ke Iyel. Udah satu tahun Yo gue suka dia" aku mendadak curhat.


"Gue rasa, gue lebih tau dalam urusan menunggu dari pada loe deh Fy" Rio menarik salah satu ujung bibirnya. Entah apa maksudnya.
"Udah hampir empat tahun. Bahkan rasanya gue ga kuat lagi buat nunggu. Tapi gue sih cowok kuat ga putus asa kayak Raisa. Hahaha" tuturnya diakhir tawa. Tawa yang... Getir aku rasa.

Aku melonggo. Rio curcol ternyata. Cewek itu pasti Shilla, dia kan satu SMP dengan Rio dan menurut kabar memang begitu. Shilla beruntung di sukai Iyel. Tapi kalo disukai Elgario Satria, apa itu juga termasuk keberuntungan?


"Loe mau gantian? Sini sini" ditepukan bahu kirinya. Tangannya menuntun kepalaku agar bersandar di bahunya.

Entah mengapa tidak ada perlawan berarti dariku, tidak seperti biasanya. Mungkin aku sudah terlalu capai untuk sekedar membantah perkataannya, ku geser tubuhku agar mendapat posisi yang nyaman dengan kepala yang masih bersandar di bahunya. Ku lirik wajah Rio dari ujung pandangku. Sosok Elgario Satria sangat berbeda, tidak ada raut jahil di wajahnya, yang ada hanyalah wajah yang penuh kedamainan.
Ternyata si cowok rese ini bisa juga ya besikap manis. Aku mengikuti Rio, memejamkan mata.

"Ehem"
Ku buka mata perlahan, suara tersebut menarikku kembali ke alam sadar. Ku kerjapkan mata, bayangan Shilla mulai semakin jelas tertangkap retinaku. Menegakkan badanku, rasanya aku tertidur cukup lama di bahu... Ku lirik seseorang di sebelah kananku, rupanya Rio sudah lebih dahulu tersadar. Rio berdiri. "Gue tinggal ya Fy, udah ada temen loe tuh" menunjuk Shilla dengan dagunya dan beranjak pergi.

"Kenapa Shill?"
Shilla mendekat dan duduk di sampingku.
"Selamat ya Ify, pertunjukan loe sukses. Gue iri deh sama loe, udah pinter suaranya juga bagus"
"Biasa aja kok Shill" tersenyum tipis. Aku tak habis pikir bagaimana bisa cewek sesempurna Shillanya Farra iri pada seorang Lifyca Meissy. Bukankah aku yang seharusnya iri pada dia, Shilla yang sangat menarik.
"Gue cuma mau ngasih tau kalo besok terakhir ngumpulin angket"
"Thanks ya Shill, atas infonya"
Shilla mengangguk.

"Tadi itu...?" menunjuk ke arah Rio pergi.
Aku mengikuti arah telunjuknya. "Rio?"
"Iya, kemarin loe pulang bareng dia ya?"
"Iya, kok loe tau? Kan kemarin loe pingsan"
"Pas gue siuman. Gue di anter Iyel, trus ketemu loe di jalan lagi bareng sama Rio"

Aku mengerjapkan mata mendengarkan penuturan Shilla, dia di antar pulang oleh Iyel dan bukannya senang malah nada bicaranya terkesan iri.
Aku menggelengkan kepala, apa semua orang menarik haus perhatian ya? Coba saja kemarin aku yang menggantikan posisi Shilla, mungkin itu akan menjadi Goodnews of the week. Ckck.

"Ifyyy..." Via menarik tanganku.
"Dari mana aja sih loe Vi?" aku mendesah.
"Nanti deh gue ceritain." Via tetap menarik tanganku. "Shill, kita mau pulang dulu ya, bye." melambaikan tangan pada Shilla.

* * * * *

BLAM.
Aku tidak peduli betapa kerasnya aku membanting pintu kamar.
Menjatuhkan tubuhku di ranjang dengan posisi tengkurap, membenamkan wajahku di antara tumpukan bantal.
Aku menangis sekencangnya, menumpahkan emosiku melalui airmata.
Semuanya berantakan !
Di hari ulang tahun yang seharusnya dilewati dengan rasa bahagia, dia mengacaukan segalanya.

 Seseorang membukakan ikat kain yang menutup kedua mataku. Belum selesai aku membuka mataku dengan sempurna. Terdengar teriakan beberapa orang. "HAPY BIRTHDAY IFYYYY"

Ku edarkan pandanganku ke semua penjuru, terlihat Via, Iyel, Shilla, Alvin, Agni, Cakka, Kiky, Dayat, Debo, Angel dan semua teman-teman kelasku berkumpul di sini memberikanku kejutan. Aku menangis haru memeluk Via dan Agni yang kebetulan berada tak jauh dariku.
"Makasih teman-teman" ucapanku terdengar sangat aneh saat menangis.
Mereka tersenyum.
Debo dan Iyel menarik meja beroda di keempat kakinya ke arahku. Teman-teman besorak "Make A Wish.. Make A Wish"
Aku mulai memejamkan mata.

"Ifyyyyy" teriak suara yang tak asing bagiku. Aku membuka mata. Rio berlari ke arahku. Dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, langkah Rio semakin memelan tetapi perhitungannya kurang tepat sehingga, kaki kanannya menendang meja yang berada di hadapanku.
BRAK.
Meja beserta kue tart di atasnya kini menindih tubuhku. Creamnya melumuri rambut dan sebagian wajahku. Perasaan bercampur aduk sakit, kesal, marah, sedih. Aku hanya bisa terduduk, bahuku bergoncang. Tangis tak bisa ku cegah.


Aku memukul-mukul kasur untuk melampiaskan emosi.

Riuh rendah dari teman-teman tidak terdengar lagi. Hening. Rio menatap wajahku panik. Dia mengulurkan tangganya. Aku masih menangis. Dia berlutut, memegang kedua bahuku, mencondongkan wajahnya ke arahku. "Fy" memegang daguku, perlahan tapi pasti dia mendekatkan wajahnya di wajahku. Mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku membeku. Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik..

Dengan tenaga yang tersisa, ku dorong tubuhnya. Dia terjengkang, terdiam. Aku bangkit dengan penuh emosi, menyingkirkan meja dari kaki. Berlari. Berlari menjauhi tempat itu. Berlari menjauhi mereka. Wajahku memanas, jika bisa ingin ku tinggal saja wajahku disana.


 Tok tok tok
Pintu kamar di ketuk.
Aku yakin itu bukan ketukan Via.

"Ify. Maafin gue Fy" walau aku tak melihatnya tapi aku tau bagaimana ekspresinya. Jika kita telah mengenal seseorang dengan begitu baik -tanpa melihat wajahnya- kita dengan mudah akan tahu apakah orang itu sedang senang, sedih atau marah. Seperti saat ini, sangat mudah untuk tahu betapa menyesalnya.
Menyesal? Dia memang melakukankannya dengan sengaja. Aku benci. Di saat aku harus membencinya tetapi hati kecil ini malah dengan santai mengatakan bahwa dia tidak sengaja. Arrght !

"Gue gak mau ketemu loe lagi" teriakku sengau.
Suara mamah lamat-lamat terdengar. Mamah menyuruh Rio untuk meninggalkanku sampai kondisiku membaik. Ku rasa Rio menurutinya, karena setelah itu tidak terdengar lagi suara mamah dan Rio.

Tangisku mulai mereda saat kantuk mulai menyerang.

* * * * *

Sebenarnya aku engan untuk berangkat sekolah hari ini. Tapi mengingat adanya jadwal ulangan harian Kimia hari ini, ku urungkan niat. Aku mematut diriku sekali lagi kaca. Mengambil kacamata minus dari tempatnya, mengenakannya dari rumah. Karena biasanya aku hanya mengenakan itu saat belajar. Tapi ku rasa kacamata itu lumayan membantu menutupi mataku yang sembab.

* * * * *


"Fy ke kantik yuk" ajak Via.
"Males Vi, malu nih mata gue bengkak gini" melepas kacamata.
"Gue laper. Loe mau titip ga?"
"Minuman dingin aja Vi"
"Oke" Via beranjak pergi.

Suasana kelas lumayan lengang. Hanya ada Ray dan Ozy yang tengah sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
"Fy" panggil seseorang.
Aku mendongak. Mata kami bertemu.
"Fy maafin gue" ujarnya lagi.
Aku membuang muka, malas menjawabnya.
"Mending loe pergi aja deh Yo" usirku ketus.
Rio menggenggam tanganku. "Tapi Fy.."
"Balik ke kelas loe sana" potongku cepat.

* * * * *


"Fy apa loe ga kasian sama Rio. Udah seminggu loh, loe diemin dia?" tanya Via hati-hati.
"Kenapa gue kasian sama dia? Dia itu cowok paling jahat yang pernah gue kenal Vi"
Via menghentikan aktivitas menulisnya.
"Gue rasa loe deh yang jahat, saat ini" seru Via tiba-tiba.
Aku jahat ke Rio? Jahat apa? Bukannya selama ini dia yang selalu memulai perkara denganku?
"Gue?"
"Iya" jawab Via datar.
"Dia udah curi first kiss gue Vi" aku kesal jika harus mengingat hal itu. Bodohnya aku, bukannya menghindar, malah mematung sambil memejamkan mata. Ck.

"Iya gue tau Fy. Tapi apa ga ada kesan baik yang loe terima dari Rio? Rio udah berkorban banyak buat loe. Tapi loe nya malah tutup mata"
Via menarik nafas, melanjutkan kata-katanya.

"Loe inget ga waktu SMP Rio nganter loe pulang malam-malam? Rio bukannya ga sengaja ketemu loe di sana, dia kerumah gue Vi, panik banget. Dia kira loe ada di rumah gue. Dia nyari loe Fy. Nyariin loe" cerita Via mengebu-gebu.

Matahari mulai beranjak dari tempatnya. Aku berjalan menyusuri jalan menuju rumah sendirian. Mataku masih saja mengucurkan air.

Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Sontak tangisku bertambah kencang, aku takut sekali. Ku percepat langkah. Tiba-tiba Rio memotong jalanku dengan sepedanya.
"Hei cengeng, pulang yuk"
Aku mendongak agar melihat orang itu dengan jelas karena dia lebih tinggi dariku.
"Ri... Rio" aku langsung memeluknya, menyeruput ingus, dan mengusap kasar air mataku.

"Terus waktu ultah loe yang ke lima belas. Lukisan yang loe kira dari Iyel itu sebenarnya dari Rio. Fy" Via memandang lukisan yang terpajang di dinding kamar.

"Dari Rio? Loe ngaco Vi. Rio bilang itu dari Iyel kok" aku protes.
Via mengendikkan bahu.

Aku menatap sebuah kado yang di bungkus kertas warna biru muda. Bentuknya pipih seperti papan tulis yang di bungkus.
"Buka donk Fy" pinta Via tak sabar.
Aku memandang Via dan Rio bergantian. Aku berlutut merobek kado itu. Srek srek srek. Ternyata di dalamnya sebuah lukisan bukan papan tulis seperti dugaanku.
Lukisan diriku yang sedang menggenggam bunga mawar putih. Cantik sekali.
Memang siapa yang juga yang akan memberi papan tulis sebagai kado ultahku?
"Kira-kira dari siapa ya Fy" Via mengedipkan matanya.
Meletakan jari telunjuk di pelipis. Aku berpikir. Sebelum pesta di mulai hanya Iyel yang membawa kado seperti ini. Jadi siapa lagi kalau bukan. "Iyel. Vi" pekikku semangat.
"Loe yakin, Fy?" tanya Via sambil melirik Rio.
"Yakin" ujarku sambil melompat-lompat kecil, saking senangnya.
"Padaha.. Ppppmt" Rio membekap mulut Via dengan tangannya.
"Rio, jangan rese deh. Kasihan Via tahu!"

Via beranjak dari tempat duduknya berjalan menuju lukisan itu tertempel. Menurunkan, membawanya di hadapanku.
"Loe ga peka atau gimana sih Fy?" duduk di hadapanku. "Jelas-jelas ini inisial E.R kenapa malah loe nebak Iyel yang mbuat?"
Aku terdiam berusaha mencerna kata-kata Via.
"Nama lengkap Iyel kan Dazriel Andrean. Dan di sini E.R yang artinya ElgaRio" Via menunjuk sudut lukisan.

Kepalaku mendadak pening. Berarti selama setahun ini, kebahagianku palsu?
Aku sangat bahagia mengira lukisan itu dari pujaan hatiku, Iyel. Tiap pagi aku tersenyum memandang lukisan itu, menumbuhkan rasa suka pada sosok Iyel yang cuek tetapi membuat hadiah spesial untukku, mengira bahwa aku cukup spesial untuknya.
Dan kini. Wuuush..
Aku harus menyadari bahwa ini dari seorang Elgario yang ku benci selama ini.
Aku menangis sesenggukan di bahu Via. Menangisi kebodohan, ketidakpekaan dan menangisi sikapku yang berbanding terbalik dengan kebaikan Rio selama ini.

* * * * *

"Rio" teriakku.
Aku tidak peduli mendapat tatapan penuh tanya dari orang di sekitar.
Menyusuri setiap sudut dengan memanggil namanya hanya untuk mencari sosok tengil itu.
Mungkin kalian pernah menonton salah satu adegan film di mana pada adegan itu tidak terdapat dialog, musik, bahkan suara sedikit. Awalnya aku kira itu hanya untuk menonjolkan kemampuan akting sang artis atau mungkin itu untuk kepentingan eksplorasi sebuah film. Ternyata aku salah.
Kamu tidak akan merasakan sebelum mengalaminya sendiri. Disini. Di suatu tempat di area bandara yang ramai. Betapa tidak ada suara sedikitpun yang tertangkap indra pendengaranku. Sepi. Sunyi. Bahkan aku tidak bisa mendengar suaraku sendiri.

Aku sudah terlalu lelah berjalan. Tetapi Rio belum juga ku temukan. Aku bersandar di dinding. Memejamkan mataku, mencoba merasakan keberadaannya di sampingku. Mendadak aku menjadi sangat takut. Takut bila di saat terakhir aku tak dapat menemuinya, meminta maaf padanya.

"Coba telepon Rio aja Fy" saran Via.
Aku mengambil ponselku yang berada di meja. Mencari namanya dalam kontak. -CowokPesek-. Tekan tombol dial. Baru kali ini aku merasa berdebar saat meneleponya.
"Rio" panggilku saat sudah tersambung.
"..."
"Iya ini Ify. Rionya ada kak?"
"..."
"Bandara kak?" tanyaku lirih. Tanpa salam aku memutuskan sambungan.
"Vi, Rio di bandara. Gue harus kesana Vi. Gue ga mau terlambat" aduku.
"Fy. Tunggu Ifyyy"

Seperti bintang bintang..
Hilang ditelan malam..
Bagai harus melangkah tanpa ku tahu arah..
Lepaskan aku dari derita tak bertepi.. saat kau tak disini..

Pendengaranku mulai kembali bekerja dengan normal. Lamat-lamat terdengar Ajeng melantunkan lagu Saat Kau Tak Ada dari hanphone milik seorang.
Bibirku bersenandung mengikuti lagu itu.

Seperti dedaunan berjatuhan di taman..
Bagaikan debur ombak mampu pecahkan karang..
Lepaskan aku dari derita tak bertepi saat kau tak disini..

Tubuhku luruh seketika. Aku terduduk di lantai. Memeluk kedua lututku.

Saat kau tak ada..
Atau kau tak di sini..
Terpenjara sepi..

Ku nikmati sendiri..
Tak terhitung waktu..
Tuk melupakanku..
Aku tak pernah bisa..
Aku tak pernah bisa..


Tes.
Bulir bening menetes ke pangkuanku. "Rio loe di mana?"
Aku membiarkan air mata berjatuhan tanpa berniat menyengkanya. Rasa nyeri mulai menyergap. Mengenyahkan lelah yang terasa di kedua kakiku. Aku tak dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi Rio. Rio yang melalui Via menyatakan bahwa dia telah menungguku selama empat tahun. Rio yang dengan relanya mencintai gadis bodoh sepertiku, yang tak pernah menganggap dia ada.

Aku menunduk. Menyembunyikan wajah di kedua lututku menanggis sepuasnya.

Aku bodoh. Mengapa aku baru menyadarinya saat Rio sudah tak ada lagi disisiku. Menyadari aku merindukannya. Amat merindukannya.
Elgario Satria.
Aku bangkit, mengabaikan rasa nyeri yang menohokku dengan telak. Mau tidak mau mau, aku harus merelakan Rio menjauh dari hidupku. Menganggap semua ini sebuah balasan atas kebodohanku.
"Gue sayang loe, Rio" ucapku lirih, beranjak dari tempat itu.
Seseorang langsung memelukku dari belakang. "Gue sangat sayang loe Fy. Untukmu Aku bertahan" bisiknya di telinggaku.
Tanpa membalikan badan aku tahu itu suara... ELGARIO SATRIA.

* * * * *
hihi thanks yg ud mau baca :D


@Quttz_Yakut ;)